IPPHOS gelar pameran foto bersejarah di Surabaya
Pameran Foto IPPHOS Pimpinan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Oscar Motuloh (kiri), dan kurator foto, Yudhi Soerjoatmodjo, memberi keterangan di depan sejumlah foto yang dipajang saat pameran foto karya fotografer Indonesia Press Photo Service (IPPHOS), di Galeri Seni House of Sampoerna (HoS), Surabaya, Jumat (8/11). Pameran foto bertajuk 'IPPHOS reMASTERed edition' tersebut, menampilkan puluhan foto yang berhasil diselamatkan karya dari fotografer IPPHOS (Alex dan Frans Mendur), tentang sisi lain wajah Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan beserta tokoh-tokoh perjuangan pada masa itu, yang belum pernah ditampilkan pada masyarakat Indonesia . (ANTARA FOTO/Eric Ireng) ()
Pemeran dibuka Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya Wiwiek Widayati, Jumat malam, dan dihadiri antara lain General Manager HoS, Ina Silas, Peneliti Sejarah sekaligus penulis buku "IPPHOS reMASTERed Edition", Yudhi Soerjoatmodjo, serta Direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara sekaligus kurator, Oscar Matuloh.
"Ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Surabaya karena bisa menyaksikan langsung bagaimana kehidupan para pahlawan kita dulu melalui gambar," kata Wiwiek yang ditemui di sela pembukaan.
Pejabat perempuan itu juga mengapresiasi foto-foto yang dipamerkan dan mengaku tidak menyangka ternyata masih banyak gambar yang belum pernah terpublikasikan atau terekspos di sejumlah media, khususnya tentang zaman penjajahan.
"Hari Pahlawan merupakan momen tepat untuk mengenang jasa-jasa para pejuang. Masyarakat harus mengetahui bagaimana pahlawan-pahlawan berjuang merebut kemerdekaan," kata dia.
Peneliti Sejarah sekaligus penulis buku "IPPHOS reMASTERed Edition", Yudhi Soerjoatmodjo menjelaskan, selama 1945-1950, IPPHOS mengarsipkan sekitar 22.000 negatif foto, yang mana hanya sekitar 200 foto atau kurang dari 1 persennya sering dipergunakan berbagai media.
Foto-foto tersebut tidak hanya merekam peristiwa bersejarah, namun juga kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia pada era tersebut, mulai petani, buruh, anak-anak dan prostitusi.
"Semua itu hanyalah merupakan sebagian kecil dari keseluruhan kehidupan yang berhasil terekam," kata Yudhi.
Ia menceritakan, sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal baik foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, namun sedikit mengenal fotografer yang berhasil mengabadikan momen tersebut, yaitu Frans Mendur dan Alex.
Pada masa itu, Alex dan Frans merupakan fotografer yang berhasil merekam peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sayangnya, kata dia, foto-foto Alex direbut oleh prajurit Jepang. Namun, Frans berhasil mengamankan beberapa fotonya dengan menguburnya di belakang kantornya.
"Hanya tiga foto yang mendokumentasikan peristiwa bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang berhasil diselamatkan," kata dia.
Selain foto-foto momen bersejarah Bangsa Indonesia, dipamerkan pula foto-foto lain dari arsip IPPHOS yang jarang atau belum dipublikasikan. Yudhi berharap, masyarakat mulai melihat apa yang seharusnya bisa dilihat bila masyarakat mampu melepaskan kerangka perang kemerdekaan.
Sekedar informasi, IPPHOS merupakan kantor berita foto yang didirikan 2 Oktober 1946 oleh kakak-beradik Alexius Impurung Mendur (1907-1984) dan Frans Soemarto Mendur (1913-1971), serta kakak-beradik Justus dan Frans "Nyong" Umbas, Alex Mamusung dan Oscar Ganda.
Sementara itu, General Manager HoS, Ina Silas mengaku bangga dan mengapresiasi foto-foto yang dipamerkan. Menurut dia, tidak banyak tahu di mana saja tempat bersejarah yang menjadi saksi kemerdekaan, khususnya di Kota Surabaya. (KR-FQH/M008)
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013