Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memanfaatkan pertanian perkotaan (urban farming) menjadi salah satu alternatif untuk menjaga ketahanan pangan di Ibu Kota menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Kami (Pemprov DKI Jakarta) menggalakkan pemenuhan pangan secara mandiri untuk memanfaatkan lahan yang tidak terpakai untuk mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming)," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Suharini Eliawati di Jakarta, Rabu.
Urban farming sebagai upaya menjaga ketersediaan bahan pangan pokok dengan harga terjangkau ini, kata Suharini dilakukan berbasis ruang dengan memakai tanaman cepat panen seperti sayuran daun dan buah di lahan tidur, maupun lahan di sekitar aktivitas warga, seperti sekolah, Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) dan fasilitas umum lainnya.


Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga bersinergi dengan pemerintah pusat untuk penyediaan bahan pangan melalui Perum BULOG, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, sektor swasta, hingga provinsi lain melalui kerja sama bisnis biasanya (business to business/B to B).

Baca juga: Pemkab Kepulauan Seribu miliki sentra tanaman perkuat ketahanan pangan

"Saat ini telah berjalan sinergi dengan 34 kota/kabupaten di 10 provinsi untuk menyediakan enam komoditas pangan, meliputi beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam, gula pasir, dan bawang merah," ujar Suharini.
Lalu, untuk kelancaran distribusi pangan, Pemprov DKI Jakarta juga memperbanyak kegiatan yang mempermudah akses pangan untuk masyarakat seperti Gerakan Pangan Murah (GPM) Keliling oleh BUMD/BUMN, Sembako Murah Pemprov DKI Jakarta, Bazar Pangan di kantor-kantor pemerintahan dan Pangan Subsidi bagi masyarakat tertentu.

"Kami juga melakukan komunikasi efektif, terus dilakukan untuk meyakinkan warga tentang keamanan ketersediaan pangan, sehingga masyarakat tidak perlu melakukan pembelian dengan panik (panic buying)," ujar Suharini.

Lebih lanjut, Suharini menyebut kenaikan harga yang terjadi saat ini juga terus dipantau dan dinilai dalam kondisi wajar.

Baca juga: Penanaman 10.000 bibit cabai di Jakpus untuk wujudkan ketahanan pangan

Bahkan, memasuki minggu keempat Ramadhan, harga beberapa komoditas pangan menunjukkan tren penurunan, seperti beras dan komoditas hortikultura.

Adapun kenaikan harga pangan di awal Ramadhan terjadi karena kenaikan harga dasar bahan pangan di daerah produsen, seperti harga dasar gabah dan petani, berkurangnya pasokan pangan akibat bergesernya musim tanam dan panen dampak El Nino yang terjadi tahun lalu.

Selain memang, tambahnya, ada kenaikan permintaan pangan saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri.