"Ini juga menjadi salah satu komitmen Siak yakni menjadi pusat kebudayaan melayu di nusantara, dan DKS memberikan kontribusi menghidupkan permainan tradisional dan kearifan lokal," katanya.
Husni mengatakan letup meriam atau meriam bambu merupakan permainan warga Siak sejak kecil. Biasanya menggunakan buluh betung yang suaranya bulat dan mantap.
Baca juga: Anak-anak mainkan "badia batuang" menunggu waktu berbuka
Baca juga: Warga Pangkalpinang masih gemar main meriam bambu
Lebih lanjut dia mengharapkan kegiatan ini bisa dinarasikan lebih baik oleh DKS Siak yang memuat nilai filosofi dan pembelajaran. Paling tidak menonjolkan nilai perjuangan bagaimana mengatur strategi perang.Baca juga: Anak-anak mainkan "badia batuang" menunggu waktu berbuka
Baca juga: Warga Pangkalpinang masih gemar main meriam bambu
"Semoga bisa jadi ajang tahunan dan untuk mendukung itu, Pemkab Siak akan mendorong agar ada organisasi perangkat daerah khusus menangani kebudayaan yakni dinas kebudayaan," ungkap wabup.
Sementara itu, Ketua DKS Siak Zulkarnaen Al Idrus mengatakan ajang ini awalnya digagas beberapa tahun lalu oleh pemuda-pemudi setempat. Ketika itu dari tahun 2017 hingga 2019 namun terhenti saat pandemi COVID-19.
"Meriam buluh ini adalah kearifan lokal Siak, DKS mencoba memunculkan kembali dan mengenalkan ke generasi muda serta melestarikan tradisi Melayu Siak. Selain itu ini juga amanah undang-undang untuk pemajuan kebudayaan," ujarnya.
Dia menjelaskan peserta pada tahun ini berjumlah 120 orang dari sejumlah kampung, kelurahan, dan kecamatan di Kabupaten Siak. Kegiatan ini juga didukung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Siak dalam hal hadiah dan Dinas Pariwisata mendukung panggung dan hiburan.
Baca juga: Malam likuran Ramadhan di Lingga dimeriahkan perlombaan meriam bambu
Baca juga: Ramadhan diisi anak Pangkalpinang bermain "meriam bambu"