Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sedang dalam proses beralih dari penyiaran TV analog ke TV digital, sistem yang mentransmisikan audio maupun video melalui pemrosesan digital dan sinyal multipleksing,
sinyal yang sangat berbeda dengan yang selama ini digunakan dalam televisi analog.
Bukan sekadar alasan mengikuti perkembangan teknologi, banyak negara sudah beralih ke TV digital karena sistem itu memiliki banyak keunggulan dibanding cara lama, analog.
Ada beberapa alasan menguntungkan kenapa Indonesia juga harus segera beralih ke sistem penyiaran TV digital sebagaimana yang sudah dilakukan oleh banyak negara.
Kasubdit Pengembangan Infrastruktur Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Anang Latif membeberkan empat
manfaat besar dari penyiaran TV digital ditinjau dari sisi stakeholder
penyelenggaraan siaran tevelisi di Indonesia.
Pertama,
dari sisi konsumen atau masyarakat penonton televisi. Dengan TV digital,
konsumen akan bisa menikmati siaran televisi dengan kualitas gambar
yang jauh lebih baik--jernih, tajam, dan tidak "bersemut"--, pilihan
saluran lebih banyak, dan juga dilengkapi dengan sistem peringatan dini
bencana atau bahaya (early warning system).
Kemudian informasi
lain seperti cuaca dan arus lalu lintas. "Bahkan, yang tercanggih,
konsumen bisa langsung berbelanja (shopping) dari rumah," kata Anang
Latif.
Kedua, dari sisi penyelenggara siaran televisi.
Mereka tidak akan lagi dipusingkan dengan penyediaan infrastruktur,
seperti pemancar dan lain-lain, karena itu sudah dibangun dan disediakan
oleh penyelenggara multipleksing. Para penyelenggara siaran televisi
tidak perlu membangun infrastruktur tapi cukup dengan menyewa dari
penyelenggara multipleksing.
Dengan cara itu maka biaya operasional yang dikeluarkan para penyelenggara siaran televisi menjadi lebih rendah.
Ketiga,
dari sisi industri. Peralihan ke TV digital juga akan membantu
pengembangan industri dalam negeri karena perangkat konverter TV digital
(set top box) akan diproduksi di dan oleh perusahaan Indonesia.
Untuk
implementasi TV digital, menurut Anang Latif, dibutuhkan sekitar 40
juta unit set top box untuk 40 juta rumah tangga konsumen siaran
televisi di seluruh Indonesia.
Sementara bagi industri kreatif,
TV digital akan memungkinkan mereka mengembangkan banyak ragam konten
untuk diproduksi dan dipasarkan. Di samping itu, televisi digital juga
mendukung untuk banyak format gambar berbeda, baik dalam ukuran maupun
rasio.
Keempat, bagi pemerintah, TV digital akan
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan frekuensi radio di Indonesia
dengan tingkat penghematan sekitar 1/3 dari total penggunaan sekarang
ini.
Penghematan penggunaan frekuensi tersebut juga akan
mendorong segera terwujudnya infrastruktur komunikasi broadband 4G
(generasi keempat), meskipun menurut Anang Latif tidak menutup
kemungkinan untuk penggunaan lain.
Bertahap
Menurut
Anang Latif, dalam implementasi TV digital, pemerintah dalam hal ini
Kemenkominfo, menginginkan migrasi dari analog dilakukan secara
bertahap.
Ketika TV digital diluncurkan, siaran TV analog tidak
serta merta hilang atau dihentikan sampai penyelenggara siaran televisi
dan masyarakat siap, meskipun berdasarkan survai oleh Nielsen Indonesia,
hampir 70 persen responden di Jakarta mendukung TV digital.
Langkah
itu ditempuh demi menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
serta menjamin keberlangsungan usaha para penyelenggara siaran televisi.
Meskipun,
diakui Latif, langkah itu membawa konsekuensi dibutuhkannya ruang
frekuensi yang lebih besar karena siaran TV digital dan analog tetap
berjalan (simulcast) selama masa transisi.
Dalam implementasi TV
digital nanti, pemerintah akan memprioritaskan ruang bagi penyelenggara
siaran televisi analog yang sudah ada selama ini dan memiliki IPP (Izin
Penyelenggaraan Penyiaran).
Mengenai pembangunan infrastruktur
multipleksing (MUX), menurut Anang Latif, ditargetkan awal tahun depan
sudah selesai dan siap.
Empat manfaat besar di balik TV digital
7 November 2013 17:29 WIB
Kasubdit Pengembangan Infrastruktur Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Anang Latif. (ANTARA News/Suryanto)
Pewarta: Suryanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: