Kementerian ESDM menetapkan 1.215 wilayah pertambangan rakyat
31 Maret 2024 13:00 WIB
Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Suswantono. ANTARA/HO-Kementerian ESDM
Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Plt Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Suswantono mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan sebanyak 1.215 Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) secara nasional.
"Secara nasional, WPR yang telah ditetapkan sebanyak 1.215 WPR, dengan total luas wilayah seluas 66.593,18 hektare," ujar Bambang dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa sejak tahun 2022 hingga 2023, Ditjen Minerba juga telah menyusun pengelolaan WPR yang telah diusulkan dengan jumlah blok WPR sebanyak 270.
"Tindak lanjut yang dilakukan pada tahun 2024 ini adalah kami akan melakukan percepatan penetapan dokumen pengelolaan WPR 6 provinsi yang disusun pada tahun 2023 melalui Kepmen ESDM, enam provinsi tersebut yaitu Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Riau, Maluku, dan Sulawesi Tengah," kata Bambang.
Selain WPR, Bambang juga mengungkapkan bahwa terkait Izin Pertambangan Rakyat (IPR), pemerintah telah menerbitkan sebanyak 82 IPR dengan total luas mencapai 62,31 hektare.
Adapun permohonan IPR tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021, dan pada awal tahun ini perizinan IPR sudah bisa dilakukan melalui Sistem Online Single Submission (OSS).
"Berdasarkan surat edaran dari Kementerian Investasi BKPM Nomor 428/B.1/A.8/2023 tanggal 21 Desember 2023, bahwa pelaksanaan pelayanan perizinan IPR sudah tersedia di OSS dan dapat dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2024," ujarnya.
Surat keputusan tentang wilayah pertambangan per provinsi telah diteken oleh Menteri ESDM pada 21 April 2022 lalu, dan tercatat ada 19 provinsi yang memiliki WPR dengan jumlah blok dan luas yang beragam, yaitu Banten (1 WPR) dengan luas 9,71 hektare (ha); Bangka Belitung (123 WPR) 8.568,35 ha; Yogyakarta (138 WPR) 5.600,05 ha; dan Gorontalo (63 WPR) 5.502,42 ha.
Lebih lanjut, juga terdapat Jambi (117 WPR) 7.030,46 ha; Jawa Barat (73 WPR) 1.867,22 ha; Jawa Timur (322 WPR) 6.937,78 ha; Kalimantan Barat (199 WPR) 11.848 ha; Kepulauan Riau (4 WPR) 127,04 ha, dan Nusa Tenggara Barat (60 WPR) 1.469,84 ha.
Kemudian, terdapat Maluku (2 WPR) 95,21 ha; Maluku Utara (22 WPR) 315,9 ha; Papua (25 WPR) 2.459,16 ha; Papua Barat (1 WPR) 3.746,21 ha; Riau (34 WPR) 9.216,96 ha; Sulawesi Tengah (18 WPR) 1.407,58 ha; Sulawesi Utara (1 WPR) 30,86 ha; Sulawesi barat (3 WPR) 24,91 ha; dan Sulawesi Utara (9 WPR) 335,5 ha.
Baca juga: Pakar: Tambang ilegal akibat minim pengawasan dan kendala perizinan
Baca juga: Kementerian ESDM terbitkan Wilayah Pertambangan Rakyat Provinsi Babel
"Secara nasional, WPR yang telah ditetapkan sebanyak 1.215 WPR, dengan total luas wilayah seluas 66.593,18 hektare," ujar Bambang dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa sejak tahun 2022 hingga 2023, Ditjen Minerba juga telah menyusun pengelolaan WPR yang telah diusulkan dengan jumlah blok WPR sebanyak 270.
"Tindak lanjut yang dilakukan pada tahun 2024 ini adalah kami akan melakukan percepatan penetapan dokumen pengelolaan WPR 6 provinsi yang disusun pada tahun 2023 melalui Kepmen ESDM, enam provinsi tersebut yaitu Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Riau, Maluku, dan Sulawesi Tengah," kata Bambang.
Selain WPR, Bambang juga mengungkapkan bahwa terkait Izin Pertambangan Rakyat (IPR), pemerintah telah menerbitkan sebanyak 82 IPR dengan total luas mencapai 62,31 hektare.
Adapun permohonan IPR tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021, dan pada awal tahun ini perizinan IPR sudah bisa dilakukan melalui Sistem Online Single Submission (OSS).
"Berdasarkan surat edaran dari Kementerian Investasi BKPM Nomor 428/B.1/A.8/2023 tanggal 21 Desember 2023, bahwa pelaksanaan pelayanan perizinan IPR sudah tersedia di OSS dan dapat dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2024," ujarnya.
Surat keputusan tentang wilayah pertambangan per provinsi telah diteken oleh Menteri ESDM pada 21 April 2022 lalu, dan tercatat ada 19 provinsi yang memiliki WPR dengan jumlah blok dan luas yang beragam, yaitu Banten (1 WPR) dengan luas 9,71 hektare (ha); Bangka Belitung (123 WPR) 8.568,35 ha; Yogyakarta (138 WPR) 5.600,05 ha; dan Gorontalo (63 WPR) 5.502,42 ha.
Lebih lanjut, juga terdapat Jambi (117 WPR) 7.030,46 ha; Jawa Barat (73 WPR) 1.867,22 ha; Jawa Timur (322 WPR) 6.937,78 ha; Kalimantan Barat (199 WPR) 11.848 ha; Kepulauan Riau (4 WPR) 127,04 ha, dan Nusa Tenggara Barat (60 WPR) 1.469,84 ha.
Kemudian, terdapat Maluku (2 WPR) 95,21 ha; Maluku Utara (22 WPR) 315,9 ha; Papua (25 WPR) 2.459,16 ha; Papua Barat (1 WPR) 3.746,21 ha; Riau (34 WPR) 9.216,96 ha; Sulawesi Tengah (18 WPR) 1.407,58 ha; Sulawesi Utara (1 WPR) 30,86 ha; Sulawesi barat (3 WPR) 24,91 ha; dan Sulawesi Utara (9 WPR) 335,5 ha.
Baca juga: Pakar: Tambang ilegal akibat minim pengawasan dan kendala perizinan
Baca juga: Kementerian ESDM terbitkan Wilayah Pertambangan Rakyat Provinsi Babel
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: