Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi mengatakan ormas keagamaan punya peran strategis dalam menenangkan emosi masyarakat pasca-Pemilu 2024 dan menyampaikan pesan rekonsiliasi, khususnya pada bulan puasa.

"Ormas memiliki peran strategis dalam menyampaikan pesan rekonsiliasi karena biasanya mereka mempunyai pengikut-pengikut yang sangat loyal," kata ulama yang akrab disapa Gus Fahrur itu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Selain itu, kata dia, berbagai ormas biasanya mempunyai pimpinan yang juga menjadi patron (figur yang diteladani) di dalamnya

Gus Fahrur menilai sikap yang moderat dari para pimpinan ormas dan adanya keinginan untuk terus merajut persaudaraan sesama anak bangsa akan sangat efektif untuk meredam emosi-emosi yang timbul karena efek dari kampanye politik.

Menurut dia, kondisi Indonesia akan menjadi lebih baik jika efek dari kontestasi Pemilu 2024 yang mungkin bisa membuat gesekan horizontal dan suasana yang cenderung panas bisa segera mereda.

Sebagai upaya stabilisasi kondisi sosial dan politik, sikap moderat dari pimpinan ormas, seruan, dan semangat untuk merajut persaudaraan dianggap sebagai langkah efektif untuk meredam ketegangan dan emosi negatif yang muncul selama masa kampanye dan kontestasi politik.

Namun, di tengah upaya meraih rekonsiliasi, Gus Fahrur juga menyoroti tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah adanya fanatisme di antara para tokoh dan pendukung politik yang cenderung memicu konflik.

Fanatisme tersebut, kata dia, perlu dinetralisasi dengan mengingatkan bahwa pemilu hanyalah alat untuk memilih, bukan untuk memecah belah bangsa. Pentingnya kesadaran bahwa tujuan utama pemilu adalah membangun negeri harus menjadi poin kunci dalam memperkuat rekonsiliasi.

Pada bulan puasa, yang bertepatan dengan berakhirnya Pemilu 2024, memberikan nuansa tersendiri dalam rekonsiliasi.

Gus Fahrur menganggap Ramadhan sebagai momen rahmat dan berkah bagi semua umat.

Baca juga: PBNU ajak masyarakat kembali bersatu usai penetapan hasil Pemilu 2024
Baca juga: PBNU sampaikan selamat ke Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka


Dalam konteks ini, puasa dianggap sebagai bentuk pengendalian diri dan emosi. Ketika umat menjalankan puasa dengan penuh kesadaran, tensi kemarahan dan konflik cenderung menurun karena mereka terfokus pada ibadah dan menjaga kebersihan hati dan pikiran.

Lebih lanjut, Gus Fahrur menekankan pentingnya menjaga suasana damai selama bulan puasa.

Provokasi dan konflik, menurut dia, tidak sejalan dengan semangat puasa yang penuh toleransi dan rekonsiliasi.

Ia meyakini bahwa pada bulan Ramadhan adalah rahmat dan berkah bagi semua. Bagi kaum muslim, menjalankan puasa Ramadhan itu berarti juga harus menampilkan pengendalian diri dan emosi.

"Jika pada bulan-bulan biasa ada kecenderungan orang untuk bertengkar, selayaknya pada bulan Ramadhan, tensi permusuhan dan perpecahan otomatis menurun bagi seorang muslim. Hal ini semata-mata untuk menjaga kesempurnaan dari ibadah puasa itu sendiri," tuturnya.

Maka dari itu, Gus Fahrur menyayangkan jika masih ada pihak yang melakukan provokasi terkait dengan isu apa pun, yang berdampak negatif pada kerukunan masyarakat.

Dengan menahan diri dalam bicara dan perbuatan pada bulan puasa, dia berharap masyarakat dapat menahan diri dari tindakan-tindakan yang dapat memicu ketegangan dan konflik.

Ia juga mengajak semua umat untuk menjalani puasa dengan sebaik-baiknya dan menghormati bulan Ramadhan.

"Apa pun hasil pemilu, itu adalah kehendak Tuhan yang harus dihormati," katanya.

Dalam suasana Ramadhan yang penuh dengan doa dan introspeksi, Gus Fahrur mengajak untuk melepaskan egoisme dan fanatisme, serta mendukung pemimpin yang terpilih dengan penuh kesadaran.

Akhir kata, Gus Fahrur juga mengingatkan agar bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah menjadi momentum yang berharga bagi masyarakat Indonesia untuk merajut kembali persatuan dan menjaga kedamaian pasca pemilu.

"Saya kira kita semua harus bersyukur karena setelah Pemilu 2024, ada bulan Ramadhan ini, alhamdulillah. Jika ada orang yang berencana menggelar demo terkait dengan hasil pemilu, dia pasti akan berpikir dua kali. 'Ngapain saya demo, nanti malah batal puasa saya'," kelakar Gus Fahrur.