Seoul (ANTARA) - Kementerian Kesehatan Korea Selatan menolak seruan komunitas medis untuk mengubah rencana negara untuk menambah kuota penerimaan sekolah kedokteran meskipun kebijakan tersebut ditentang oleh para dokter yang ditandai dengan pemogokan massal oleh dokter pelatihan.

“Pemerintah tidak akan membatalkan keputusan untuk mendorong reformasi yang diinginkan mayoritas rakyat setelah melakukan negosiasi dengan kelompok tertentu,” kata Wakil Kedua Menteri Kesehatan Park Min-soo dalam jumpa pers di Seoul, Jumat.

Wamenkes Park menegaskan bahwa dorongan pemerintah melakukan reformasi medis dengan menambah kuota penerimaan kedokteran demi masyarakat dan hal itu tidak dapat dinegosiasikan.

Rencana penambahan kuota, lanjutnya, dibuat setelah mengadakan 130 sesi pengumpulan pendapat dan pemerintah tidak akan membatalkan rencana tersebut tanpa alasan yang masuk akal.

“Pemerintah tidak akan mengulangi sejarah buruk karena menyerah pada kelompok kerja tertentu. Kami akan tetap berpegang pada prinsip supremasi hukum, mendukung rakyat dan menyelesaikan reformasi medis,” ucap Park.

Lebih lanjut ia menyampaikan pemerintah terbuka terhadap dialog untuk menyelesaikan situasi tersebut, namun peningkatan kuota sebanyak 2.000 orang tidak dapat diubah, meskipun beberapa anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party) yang berkuasa telah mengusulkan pendekatan yang lebih bertahap.

Adapun guna mendukung langkah dokter pelatihan, para profesor ilmu kedokteran di seluruh Korea Selatan telah mulai mengajukan pengunduran diri mulai Senin (25/3) lalu.

Gangguan layanan medis diperkirakan akan semakin memburuk karena para profesor yang menjabat sebagai dokter senior di rumah sakit besar akan mengurangi jam kerja mingguan menjadi 52 jam dengan menyesuaikan operasi dan perawatan medis lainnya serta meminimalkan layanan medis untuk pasien rawat jalan.

Alasan pemerintah berupaya meningkatkan kuota penerimaan pasien untuk mengatasi kekurangan dokter, khususnya di daerah pedesaan dan bidang medis penting, seperti bedah berisiko tinggi, pediatri, kebidanan, dan pengobatan darurat.

Baca juga: Rumah sakit di Korsel tutup bangsal di tengah aksi protes dokter
Baca juga: Pasien Korsel suarakan kekhawatiran akan gangguan layanan medis

Sumber : Yonhap