Pakar sarankan warga buka jendela setiap hari untuk cegah TBC
28 Maret 2024 17:21 WIB
Tangkapan layar pakar kesehatan dari Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) DKI Jakarta dr. Dimas Dwi Saputro, Sp.A saat memberikan paparan dalam seminar daring bertepatan dengan Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia DKI Jakarta 2024, Kamis (28/3/2024). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan dr. Dimas Dwi Saputro, Sp.A menyarankan agar warga membuka jendela rumah setiap hari untuk mencegah bakteri
penyebab TBC masuk dan bertahan di dalam hunian.
"Kuman TB bisa mati kena sinar ultraviolet dan bisa kita halau dengan ventilasi udara yang baik," katanya dalam seminar daring yang diadakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kamis.
Dimas yang juga berpraktik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita itu menganjurkan warga membuka jendela rumah selama satu hingga dua jam setiap hari lalu memasang kipas angin dari dalam untuk mendorong udara keluar.
"Dibuka selalu jendelanya. Lalu dari dalam dipasang kipas angin, mendorong udara keluar. Bukan pakai AC. Kalau pakai AC kan ditutup terus, itu tidak mengganti udara," ujar dia.
Baca juga: Dokter minta semua pihak beri perhatian serius pada penanggulangan TB
Bakteri penyebab tuberkulosis (TBC atau TB), yakni Mycrobacterium tuberculosis dapat bertahan di udara selama berjam-jam pada ruangan lembap dan gelap. Bakteri ini dapat menyebar melalui percikan dahak saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin tanpa menutup mulut.
Kemudian, berbicara dengan luasan jendela rumah yang ideal, menurut Dimas ini sekitar 20 persen dari luasan tanah dan ini harus diupayakan meskipun seseorang atau keluarga tinggal di Jakarta.
Selain itu, sebagai upaya pencegahan seseorang terpapar dan terinfeksi bakteri penyebab TBC, dibutuhkan peran berbagai pihak antara lain pihak sekolah termasuk pesantren yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk sama-sama menggiatkan pemakaian masker dan menerapkan etika batuk yang benar.
"Lalu makan makanan bernutrisi seimbang serta upayakan berobat rutin ke puskesmas dan berikan obat pencegahan pada anggota keluarga," kata pakar kesehatan dari Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) DKI Jakarta itu.
Baca juga: Guru Besar UI kembangkan vaksin M72 untuk pengobatan TB lebih efektif
Di sisi lain, perlu juga ada upaya mencari kontak serumah dan erat dengan orang yang terkena TBC. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang terdiagnosis TB, maka anggota keluarga lain harus mendapatkan pengobatan sebagai pencegahan agar tak sampai sakit.
Dimas menambahkan, seseorang yang tertular kuman TBC belum tentu mengalami gejala. Apabila dia mengalami gejala maka termasuk dalam pasien TBC aktif dan mendapatkan pengobatan untuk TBC aktif.
"Kalau sudah tertular, tapi tidak ada gejala, namanya TB laten. TB laten diobati karena suatu waktu bisa jadi TBC, harus pengobatan pencegahan ada yang enam bulan, ada yang tiga bulan. Ada yang minumnya setiap hari, ada yang minumnya sepekan sekali," demikian kata dia.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat jumlah notifikasi kasus TBC di Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 sebesar 60.420 kasus dan dari jumlah itu sebanyak sebanyak 9.684 atau 16 persen kasus dialami anak.
penyebab TBC masuk dan bertahan di dalam hunian.
"Kuman TB bisa mati kena sinar ultraviolet dan bisa kita halau dengan ventilasi udara yang baik," katanya dalam seminar daring yang diadakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kamis.
Dimas yang juga berpraktik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita itu menganjurkan warga membuka jendela rumah selama satu hingga dua jam setiap hari lalu memasang kipas angin dari dalam untuk mendorong udara keluar.
"Dibuka selalu jendelanya. Lalu dari dalam dipasang kipas angin, mendorong udara keluar. Bukan pakai AC. Kalau pakai AC kan ditutup terus, itu tidak mengganti udara," ujar dia.
Baca juga: Dokter minta semua pihak beri perhatian serius pada penanggulangan TB
Bakteri penyebab tuberkulosis (TBC atau TB), yakni Mycrobacterium tuberculosis dapat bertahan di udara selama berjam-jam pada ruangan lembap dan gelap. Bakteri ini dapat menyebar melalui percikan dahak saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin tanpa menutup mulut.
Kemudian, berbicara dengan luasan jendela rumah yang ideal, menurut Dimas ini sekitar 20 persen dari luasan tanah dan ini harus diupayakan meskipun seseorang atau keluarga tinggal di Jakarta.
Selain itu, sebagai upaya pencegahan seseorang terpapar dan terinfeksi bakteri penyebab TBC, dibutuhkan peran berbagai pihak antara lain pihak sekolah termasuk pesantren yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk sama-sama menggiatkan pemakaian masker dan menerapkan etika batuk yang benar.
"Lalu makan makanan bernutrisi seimbang serta upayakan berobat rutin ke puskesmas dan berikan obat pencegahan pada anggota keluarga," kata pakar kesehatan dari Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) DKI Jakarta itu.
Baca juga: Guru Besar UI kembangkan vaksin M72 untuk pengobatan TB lebih efektif
Di sisi lain, perlu juga ada upaya mencari kontak serumah dan erat dengan orang yang terkena TBC. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang terdiagnosis TB, maka anggota keluarga lain harus mendapatkan pengobatan sebagai pencegahan agar tak sampai sakit.
Dimas menambahkan, seseorang yang tertular kuman TBC belum tentu mengalami gejala. Apabila dia mengalami gejala maka termasuk dalam pasien TBC aktif dan mendapatkan pengobatan untuk TBC aktif.
"Kalau sudah tertular, tapi tidak ada gejala, namanya TB laten. TB laten diobati karena suatu waktu bisa jadi TBC, harus pengobatan pencegahan ada yang enam bulan, ada yang tiga bulan. Ada yang minumnya setiap hari, ada yang minumnya sepekan sekali," demikian kata dia.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat jumlah notifikasi kasus TBC di Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 sebesar 60.420 kasus dan dari jumlah itu sebanyak sebanyak 9.684 atau 16 persen kasus dialami anak.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024
Tags: