Migrain berkaitan dengan peningkatan risiko stroke
28 Maret 2024 13:59 WIB
Arsip Foto - Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah terhadap warga saat mengikuti bakti sosial di Kelurahan Panarung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (10/9/2023). ANTARA FOTO/Auliya Rahman/nz/am.
Jakarta (ANTARA) - Hasil studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes menunjukkan bahwa migrain memiliki kaitan signifikan dengan kejadian stroke pada orang dewasa muda seperti halnya faktor risiko tradisional seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, dan penyakit jantung.
Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terhalang (stroke iskemik) atau ketika pembuluh darah di otak pecah (stroke hemoragik).
Menurut siaran pers yang dikutip oleh Medical Daily pada Kamis (28/3), guna memahami faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap risiko stroke pada orang dewasa muda para peneliti melakukan studi berdasarkan data induk klaim asuransi kesehatan yang dilaporkan di Colorado, Amerika Serikat.
Para peneliti membandingkan data dari 2.600 lebih orang dewasa berusia 18 hingga 55 tahun yang mengalami stroke dengan lebih dari 7.800 orang yang tidak mengalaminya untuk menentukan faktor risiko mana yang paling sering menyebabkan stroke.
Baca juga: Begadang dan tidak olahraga tingkatkan risiko stroke
Hasil studi menunjukkan kaitan signifikan antara migrain, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, penyakit imun, dan keganasan dengan kejadian stroke pada individu berusia 18 sampai 44 tahun, pria maupun perempuan. Hubungan ini makin kuat pada orang dewasa berusia kurang dari 35 tahun.
Faktor risiko nontradisional menyumbang lebih dari 19 persen kejadian stroke pada pria dan hampir 28 persen pada perempuan dalam kelompok usia 45 sampai 55 tahun.
Di antara orang dewasa berusia di bawah 35 tahun, migrain adalah faktor risiko nontradisional paling penting, yang berkontribusi pada 20 persen kejadian stroke pada pria dan hampir 35 persen pada perempuan.
Baca juga: Kenali keluhan vertigo mendadak yang mengarah pada gejala stroke
Dampak faktor risiko stroke tradisional mencapai puncak di antara orang dewasa berusia 35 hingga 44 tahun, berkontribusi hampir 33 persen terhadap stroke pada pria dan sekitar 40 persen pada perempuan.
Tekanan darah tinggi muncul sebagai faktor risiko tradisional paling penting untuk stroke, menyumbang 28 persen terhadap stroke pada pria dan 27 persen pada perempuan.
"Temuan ini signifikan karena sebagian besar perhatian kita telah difokuskan pada faktor risiko tradisional. Kita tidak boleh mengabaikan faktor risiko stroke nontradisional dan hanya fokus pada faktor risiko tradisional, keduanya penting untuk perkembangan stroke pada orang muda," kata Dr. Michelle Leppert dari University of Colorado School of Medicine selaku penulis utama studi.
"Faktanya, semakin muda usia mereka kena stroke, semakin besar kemungkinan stroke mereka disebabkan oleh faktor risiko nontradisional. Kita perlu lebih memahami mekanisme dasar dari faktor risiko nontradisional ini untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan," ia menambahkan.
Baca juga: Manfaat puasa bagi kesehatan otak penderita stroke
Baca juga: Kenali gejala stroke dengan "SeGeRa Ke RS"
Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terhalang (stroke iskemik) atau ketika pembuluh darah di otak pecah (stroke hemoragik).
Menurut siaran pers yang dikutip oleh Medical Daily pada Kamis (28/3), guna memahami faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap risiko stroke pada orang dewasa muda para peneliti melakukan studi berdasarkan data induk klaim asuransi kesehatan yang dilaporkan di Colorado, Amerika Serikat.
Para peneliti membandingkan data dari 2.600 lebih orang dewasa berusia 18 hingga 55 tahun yang mengalami stroke dengan lebih dari 7.800 orang yang tidak mengalaminya untuk menentukan faktor risiko mana yang paling sering menyebabkan stroke.
Baca juga: Begadang dan tidak olahraga tingkatkan risiko stroke
Hasil studi menunjukkan kaitan signifikan antara migrain, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, penyakit imun, dan keganasan dengan kejadian stroke pada individu berusia 18 sampai 44 tahun, pria maupun perempuan. Hubungan ini makin kuat pada orang dewasa berusia kurang dari 35 tahun.
Faktor risiko nontradisional menyumbang lebih dari 19 persen kejadian stroke pada pria dan hampir 28 persen pada perempuan dalam kelompok usia 45 sampai 55 tahun.
Di antara orang dewasa berusia di bawah 35 tahun, migrain adalah faktor risiko nontradisional paling penting, yang berkontribusi pada 20 persen kejadian stroke pada pria dan hampir 35 persen pada perempuan.
Baca juga: Kenali keluhan vertigo mendadak yang mengarah pada gejala stroke
Dampak faktor risiko stroke tradisional mencapai puncak di antara orang dewasa berusia 35 hingga 44 tahun, berkontribusi hampir 33 persen terhadap stroke pada pria dan sekitar 40 persen pada perempuan.
Tekanan darah tinggi muncul sebagai faktor risiko tradisional paling penting untuk stroke, menyumbang 28 persen terhadap stroke pada pria dan 27 persen pada perempuan.
"Temuan ini signifikan karena sebagian besar perhatian kita telah difokuskan pada faktor risiko tradisional. Kita tidak boleh mengabaikan faktor risiko stroke nontradisional dan hanya fokus pada faktor risiko tradisional, keduanya penting untuk perkembangan stroke pada orang muda," kata Dr. Michelle Leppert dari University of Colorado School of Medicine selaku penulis utama studi.
"Faktanya, semakin muda usia mereka kena stroke, semakin besar kemungkinan stroke mereka disebabkan oleh faktor risiko nontradisional. Kita perlu lebih memahami mekanisme dasar dari faktor risiko nontradisional ini untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan," ia menambahkan.
Baca juga: Manfaat puasa bagi kesehatan otak penderita stroke
Baca juga: Kenali gejala stroke dengan "SeGeRa Ke RS"
Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: