Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mengatakan bulan suci Ramadhan menjadi faktor pendorong peningkatan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret naik ke angka 53,05, sedangkan pada bulan lalu di angka 52,56.

Hal tersebut dikarenakan Ramadhan mampu meningkatkan penyerapan industri secara optimal.

"Momen Ramadhan merupakan salah satu pendorong penyerapan produk industri dengan optimal, mengingat sejak awal tahun 2024 ketidakstabilan kondisi perekonomian global menekan pesanan dan produksi industri pengolahan Indonesia,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan kenaikan nilai IKI Maret ini dipengaruhi oleh peningkatan nilai pada variabel persediaan produk dan pesanan. Secara rinci angka variabel tersebut meningkat sebanyak 1,35 poin atau mengalami ekspansi yang tinggi, yakni sebesar 55,63.

Selain itu, nilai IKI variabel pesanan baru juga mengalami peningkatan ekspansi sebesar 1,11 poin menjadi 54,25. Peningkatan itu dikarenakan mulai stabilnya kondisi ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang merupakan mitra utama perdagangan Indonesia.

Baca juga: Kemenperin majukan IKM motor konvensional dan listrik

Febri menyampaikan, apabila dilihat berdasarkan subsektornya, peningkatan nilai IKI pada Maret ini dipengaruhi oleh 15 subsektor industri pengolahan, serta adanya empat subsektor yang mengalami perubahan level menjadi ekspansi.

“Dengan demikian, jumlah subsektor yang mengalami ekspansi menjadi 21 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB tahun 2023 sebesar 96,20 persen. Adapun subsektor yang mengalami kontraksi adalah subsektor industri tekstil dan industri kayu, barang kayu dan gabus,” kata Febri.

Ia menyampaikan untuk nilai ekspansi IKI terbesar masih diperoleh oleh industri minuman, dan disusul oleh industri makanan yang mengalami kenaikan nilai IKI sebesar 0,94 poin. Angka tersebut melampaui industri farmasi, obat kimia, serta obat tradisional.

Sementara itu, kondisi umum kegiatan usaha di bulan Maret sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari persentase jawaban responden yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil, turun dari 76,8 persen menjadi 76,4 persen.

Meski demikian, Febri menyampaikan pelaku usaha selama kurun waktu enam bulan ke depan mengaku optimistis dengan persentase keyakinan optimisme naik menjadi 72,3 persen dari yang sebelumnya berada di angka 71 persen.

Baca juga: Kemenperin gelar bazar lebaran dukung pertumbuhan industri mamin
Baca juga: Kemenperin: Nilai tambah perekonomian dari HGBT capai Rp157 triliun