IDI sebut perubahan iklim berisiko untuk kesehatan kerumunan mudik
27 Maret 2024 22:26 WIB
Sejumlah penumpang angkutan kapal laut tujuan Tanjung Priok, Jakarta menunggu keberangkatan di terminal keberangkatan Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (27/3/2023). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/foc/am.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Dr. dr. Erlina Burhan SpP(K) mengatakan perubahan iklim berisiko untuk kesehatan kerumunan mudik.
"Kalau anda berisiko untuk mudah terinfeksi seperti orang tua, orang dengan 'komorbid', punya risiko untuk tertular kan? Kita sadar diri saja untuk memakai masker," kata Erlina dalam diskusi daring "Menjelang Mudik Lebaran" di Jakarta, Rabu.
Erlina mengatakan musim hujan juga berpotensi menurunkan sistem imun pada sebagian orang.
Baca juga: IDAI Kepri imbau warga waspadai flu Singapura serang balita
Baca juga: Dinkes Kepri: Waspadai flu singapura saat pancaroba
Oleh karena itu, menurut Erlina, berkerumun adalah saat dimana orang perlu meningkatkan kewaspadaan, termasuk menjaga tubuhnya tidak tertular penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan seperti COVID-19, contohnya, atau penyakit Flu Singapura yang kasusnya sedang meningkat oleh adanya infeksi Coxsackievirus.
Terkait Coxsackievirus, modus penularan cukup banyak. Umumnya adalah kontak langsung dengan penderita lewat ruam lenting pada kulit yang terbuka (pecah) atau cairan droplet menyentuh mulut dan rongga mulut kita, atau lewat makanan yang masuk ke mulut.
Penyakit itu membuat penderitanya demam, batuk dan sakit tenggorokan dengan masa inkubasi rata-rata 10 sampai 14 hari.
Kematian akibat penyakit ini masih sangat jarang terjadi, tingkatnya masih di bawah penyakit Monkey Pox atau cacar monyet yang angka kematiannya antara tiga sampai enam persen.
Prinsip penanganannya adalah bersifat suportif dan pemberian obat sesuai gejala. Karena belum ada vaksin untuk Flu Singapura, pastikan melakukan etika ketika batuk dan kurangi kontak langsung dengan individu lain serta sterilisasi tangan dan jaga higienitas tubuh dengan mandi setiap hari.
Hingga pekan ke-11 2024, menurut Erlina, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 5.461 orang terjangkit Flu Singapura di Indonesia.
Dia menambahkan, Dinas Kesehatan Banten melaporkan 738 kasus Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024.
Sementara itu, kata Erlina, Dinkes Depok melaporkan 45 kasus suspek Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024, 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit.
"Di negara lain ternyata Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease itu juga dari waktu ke waktu meningkat," kata Erlina.
Baca juga: Singapura tunda penggunaan dua vaksin flu usai kasus kematian di Korea
Baca juga: IDI Lampung: Jaga kecukupan cairan tubuh prioritas utama saat puasa
"Kalau anda berisiko untuk mudah terinfeksi seperti orang tua, orang dengan 'komorbid', punya risiko untuk tertular kan? Kita sadar diri saja untuk memakai masker," kata Erlina dalam diskusi daring "Menjelang Mudik Lebaran" di Jakarta, Rabu.
Erlina mengatakan musim hujan juga berpotensi menurunkan sistem imun pada sebagian orang.
Baca juga: IDAI Kepri imbau warga waspadai flu Singapura serang balita
Baca juga: Dinkes Kepri: Waspadai flu singapura saat pancaroba
Oleh karena itu, menurut Erlina, berkerumun adalah saat dimana orang perlu meningkatkan kewaspadaan, termasuk menjaga tubuhnya tidak tertular penyakit yang dapat menyerang saluran pernapasan seperti COVID-19, contohnya, atau penyakit Flu Singapura yang kasusnya sedang meningkat oleh adanya infeksi Coxsackievirus.
Terkait Coxsackievirus, modus penularan cukup banyak. Umumnya adalah kontak langsung dengan penderita lewat ruam lenting pada kulit yang terbuka (pecah) atau cairan droplet menyentuh mulut dan rongga mulut kita, atau lewat makanan yang masuk ke mulut.
Penyakit itu membuat penderitanya demam, batuk dan sakit tenggorokan dengan masa inkubasi rata-rata 10 sampai 14 hari.
Kematian akibat penyakit ini masih sangat jarang terjadi, tingkatnya masih di bawah penyakit Monkey Pox atau cacar monyet yang angka kematiannya antara tiga sampai enam persen.
Prinsip penanganannya adalah bersifat suportif dan pemberian obat sesuai gejala. Karena belum ada vaksin untuk Flu Singapura, pastikan melakukan etika ketika batuk dan kurangi kontak langsung dengan individu lain serta sterilisasi tangan dan jaga higienitas tubuh dengan mandi setiap hari.
Hingga pekan ke-11 2024, menurut Erlina, Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 5.461 orang terjangkit Flu Singapura di Indonesia.
Dia menambahkan, Dinas Kesehatan Banten melaporkan 738 kasus Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024.
Sementara itu, kata Erlina, Dinkes Depok melaporkan 45 kasus suspek Flu Singapura di kawasan tersebut terjadi sejak Januari hingga Maret 2024, 10 pasien di antaranya dirawat di satu rumah sakit.
"Di negara lain ternyata Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease itu juga dari waktu ke waktu meningkat," kata Erlina.
Baca juga: Singapura tunda penggunaan dua vaksin flu usai kasus kematian di Korea
Baca juga: IDI Lampung: Jaga kecukupan cairan tubuh prioritas utama saat puasa
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: