Jakarta (ANTARA) - Lima provinsi di Indonesia diperkirakan bakal menjadi pusat perhatian investor pada 2024 dan menawarkan berbagai peluang investasi menjanjikan, menurut Grant Thornton Indonesia dalam laporan terbarunya mengenai prospek ekonomi Indonesia pada tahun ini.


Laporan Grant Thornton Indonesia yang diluncurkan di Jakarta, Rabu, menyebut kelima provinsi tersebut adalah Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Riau.


Dalam laporannya, Maluku Utara disebut bakal menjadi magnet bagi investor karena provinsi tersebut merupakan salah satu penghasil nikel terbesar di Indonesia. Ini didukung dengan kebijakan pemerintah terkait pengembangan industri hilirisasi nikel guna mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.


Maluku Utara juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2023 dengan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai 20,5 persen.


“Pertumbuhan produksi baterai kendaraan listrik yang berkelanjutan akan menjadi pertanda baik untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku Utara,” kata CEO Grant Thornton Johanna Gani dalam jumpa pers.


Sulawesi Tenggara diperkirakan menjadi daya tarik investor karena sama-sama merupakan provinsi penghasil nikel.

Menurut laporan tersebut, provinsi ini juga menjadi penerima penanaman modal asing tertinggi di Indonesia untuk sektor nikel, menyuguhkan pertumbuhan berkelanjutan bagi para investor. Total foreign direct investment (FDI) di Sulawesi Tengah mencapai 7,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp114,5 triliun pada 2023.


Selanjutnya, Kalimantan Timur, yang menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), dinilai memiliki potensi besar untuk menarik investor asing dan domestik serta mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2024.


Provinsi yang juga dikenal sebagai industri pertambangan dan manufaktur itu menempati pertumbuhan ekonomi tertinggi ke-3 pada 2023 dengan pertumbuhan PDRB sebesar 6,2 persen.


Jawa Barat menempati posisi keempat yang memiliki pertumbuhan PDRB tertinggi mencapai sekitar 5 persen. Daya tarik utama Jawa Barat terletak pada sektor manufakturnya yang kuat.


Terakhir ada Riau yang dikenal sebagai penghasil minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di provinsi ini mencapai 2,9 juta hektare, setara dengan 19,1 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit di seluruh Indonesia.

Selain kelapa sawit, komoditas penting lainnya bagi Riau adalah minyak bumi. Provinsi Riau merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia.

Nilai ekspor minyak Riau tercatat sebesar 384,1 miliar dolar AS pada 2020, meningkat lagi menjadi 586,2 miliar dolar AS pada 2021 dan melonjak menjadi 1.420,2 miliar dolar AS pada 2022.

Beberapa perusahaan minyak dan gas besar beroperasi di Riau, termasuk PT Pertamina Hulu Rokan yang mengelola Blok Rokan dengan kapasitas produksi harian sebesar 162-165 ribu barel minyak.

Dengan potensi yang besar, Riau diperkirakan akan terus menunjukkan kinerja yang baik pada 2024.

Baca juga: Menkop UKM perluas akses pembiayaan dan investasi perusahaan rintisan
Baca juga: Forum Investor IKN dibentuk untuk percepat investasi di Nusantara
Baca juga: OJK: Kerugian akibat investasi bodong capai Rp139,6 triliun sejak 2017