Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan publik untuk tidak melupakan makna Pancasila sebagai sebuah ideologi yang terbuka di saat Bangsa Indonesia membangun menjadi bangsa yang lebih baik di tengah dunia yang terus berubah.
"Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Pancasila adalah a living ideology, ideologi terbuka dan bukanlah dogma...Jangan sampai kita melihat yang kecil-kecil tapi lupa melihat makna Pancasila sebagai living ideology," kata Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat, saat memberikan pembekalan kepada peserta program pendidikan di Lembaga Pertahanan Nasional.
Menurut Presiden, sebagai ideologi terbuka dan hidup Pancasila harus bisa menjawab dan menjadi panduan Bangsa Indonesia yang sedang membangun dirinya menjadi sebuah bangsa yang lebih baik di tengah dunia yang terus berubah.
Pancasila, kata Presiden , juga falsafah dan dasar negara yang dipilih dan dianut sejak Indonesia merdeka. "Kalau kita paham makna, arti, dan posisi Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dan dasar negara seperti itu, maka melihat Pancasila harus kontekstual dan kemudian dikaitkan dengan kehidupan bernegara," katanya.
Oleh karena itu Presiden mengajak publik untuk jeli dan cerdas melihat sila-sila Pancasila dalam menjawab tantangan masa kini baik nasional, regional maupun global.
Ia kemudian satu persatu mencontohkan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain sila pertama mengharapkan Indonesia menjadi negara yang berkeTuhanan namun buka negara agama dengan maksud masyarakat Indonesia pandai mengimplementasikan ajaran-ajaran agama yang tentu membawa kebaikan bagi masyarakat apapun agama yang dianut.
Kemudian, kata Presiden, Pancasila juga mengutamakan kemanusiaan melalui sila kedua. "Apakah cukup kita berbuat untuk kemanusiaan di negeri kita yang adil, yang beradab dan juga bagi kemanusiaan negara-negara yang lain."
Indonesia, tambah Presiden, juga merupakan negara yang majemuk sehingga sejak awal Pancasila telah menggulirkan persatuan yang kuat serta semangat kebangsaa dan nasionalisme mengingat kemajemukan bisa berarti anugerah kekayaan dan tantangan karena kaya sumber konflik.
Sementara itu sila keempat menyoroti mengenai pentingnya demokrasi yang dituangkan dalam bentuk musyawarah untuk mufakat dan sila kelima adalah sistem ekonomi yang berkeadilan sosial.
"Jadi sebenarnya sepanjang kehidupan bernegara kita termasuk di dalamnya kehidupan bermasyarakat tidak jauh, tidak meninggalkan dan tetap dijiwai oleh nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tadi...bangsa ini masih menjadikan Pancasila sebagai dasar, falsafah, ideologi, way of life dan inspirasi," katanya.
Pembekalan kali ini diikuti oleh sedikitnya 130 peserta yang pada kesempatan itu menyampaikan laporan hasil seminar terkait dengan tema pendidikan dengan judul "Membangun Paradigma Baru Pendidikan Nasional guna Menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka dalam rangka Ketahanan Nasional", "Peningkatan Kualitas Pemimpin Tingkat Nasional guna Percepatan Pembangunan Nasional dalam rangka Meningkatkan Daya Saing Bangsa", dan "Revitalisasi dan Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila guna Membentuk Karakter Bangsa dalam Meningkatkan Ketahanan Nasional".
Para peserta itu berasal dari berbagai kalangan antara lain TNI, Polri, Kejaksaan Agung, Kementerian, Mahkamah Agung, pemerintah provinsi, KADIN dan peserta dari luar negeri antara lain Jordania, Malaysia, Srilanka, Timor Leste, Pakistan, Zimbabwe, Thailand, Kamboja, Singapura, Pakistan dan Aljazair.
Turut mendampingi Presiden antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Mendagri Gamawan Fauzi, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menkumham Amir Syamsuddin, dan Jaksa Agung Basrif Arief.(*)
Presiden ingatkan publik untuk tidak lupakan Pancasila
1 November 2013 19:31 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (ANTARA/Prasetyo Utomo)
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: