Jakarta (ANTARA News) - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan pendapatan usaha sebesar 2,43 miliar dolar AS pada sembilan bulan pertama 2013, atau hanya turun 12 persen dibanding periode sama tahun lalu karena pelemahan ekonomi dunia.

Sekertaris Perusahaan Adaro Energy, Devindra Ratzarwin dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, mengatakan Adaro mempertahankan model bisnisnya dengan pendapatan sebesar 2,4 miliar dolar AS sampai September tahun ini, dengan marjin EBITDA sebesar 26 persen.

Ia menambahkan pihaknya akan fokus pada bisnis inti perusahaan seperti keunggulan operasional yang berkelanjutan, kepuasan pelanggan, pengurangan biaya, peningkatan efisiensi, serta menjaga kas dan struktur permodalan yang kokoh.

Adaro juga berhasil mencetak rekor kuartalan tertinggi produksi batubara pada kuartal ketiga 2013 sebesar 13,73 Mt dan melanjutkan penurunan biaya kas batubara menjadi 34,68 dolar AS per ton serta menurunkan belanja modal sebesar 71 persen, kata dia.

Perseroan meyakini bahwa batubara termal masih memiliki prospek yang positif dalam jangka panjang dan akan bekerja keras untuk meningkatkan pengembalian bagi para pemegang saham.

Devindra menambahkan pihaknya akan mulai menikmati manfaat dari investasi selama tiga tahun untuk membangun overburden crusher and conveyor system (OPCC) dan pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 2x30 MW.

Ia mengatakan proyek-proyek itu tidak hanya akan semakin meningkatkan efisiensi dan produktivitas, melainkan juga pembangkit listrik itu akan menyediakan pasokan listrik yang sangat diperlukan oleh provinsi Kalimantan Selatan.

"Keputusan untuk berekspansi ke hilir dengan merambah sektor ketenagalistrikan juga akan membantu mengurangi volatilitas model bisnis dan berkontribusi terhadap pengembangan kebutuhan energi Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, tercatat laba bersih Adaro Energy pada sembilan bulan pertama 2013 sebesar 183 juta dolar AS atau turun 47 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya 346 juta dolar AS.

Sedangkan total aset per September 2013 mencapai 6,646 miliar dolar AS turun dari periode sama tahun lalu yang sebesar 6,896 miliar AS.