Nilai rupiah turun ke posisi Rp11.335 per dolar AS
1 November 2013 17:40 WIB
Nasabah menukarkan uang di tempat penukaran mata uang di kawasan Kwitang, Jakarta. Pada Jumat (1/11), menurut kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah tercatat Rp11.354 per dolar AS.(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai mata uang rupiah pada Jumat sore kembali mengalami pelemahan, turun 62 poin menjadi Rp11.335 per dolar AS dari posisi terakhir pada Kamis (31/10) dalam transaksi antarbank di Jakarta.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova mengatakan data jumlah pengangguran dan indeks manufaktur Amerika Serikat (AS) yang positif mendorong penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang di dunia.
"Optimisme pelaku pasar terhadap ekonomi AS cukup positif sehingga pasar memperkirakan pengurangan stimulus keuangan AS bisa dipercepat dari estimasi awal," kata dia.
Dari dalam negeri, lanjut Ruly, data inflasi Oktober yang cukup rendah (0,09 persen) belum serta merta mendorong nilai tukar rupiah ke area positif.
"Neraca perdagangan Indonesia yang tercatat defisit 657,2 juta dolar AS menjadi salah satu faktor nilai tukar rupiah tertekan," kata dia.
Menurut dia, ekonomi Indonesia yang belum cukup baik membuat pelaku pasar mengantisipasi kinerja selanjutnya sehingga investor cenderung memegang dolar AS sebagai pelindung aset.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova mengatakan data jumlah pengangguran dan indeks manufaktur Amerika Serikat (AS) yang positif mendorong penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang di dunia.
"Optimisme pelaku pasar terhadap ekonomi AS cukup positif sehingga pasar memperkirakan pengurangan stimulus keuangan AS bisa dipercepat dari estimasi awal," kata dia.
Dari dalam negeri, lanjut Ruly, data inflasi Oktober yang cukup rendah (0,09 persen) belum serta merta mendorong nilai tukar rupiah ke area positif.
"Neraca perdagangan Indonesia yang tercatat defisit 657,2 juta dolar AS menjadi salah satu faktor nilai tukar rupiah tertekan," kata dia.
Menurut dia, ekonomi Indonesia yang belum cukup baik membuat pelaku pasar mengantisipasi kinerja selanjutnya sehingga investor cenderung memegang dolar AS sebagai pelindung aset.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013
Tags: