Mataram, NTB (ANTARA News) - Penjara atau dalam bentuk lain, lembaga pemasyarakatan, justru menjadi arena perekrutan teroris baru; demikian paling tidak menurut mantan tokoh/aktivis Jamaah Islamiyah, Ustadz Abdul Rahman Ayub, di Mataram, NTB, Rabu.


Perekrutan itu oleh teroris terpidana di penjara. "Hasil keliling-keliling ke berbagai penjara, saya melihat langsung teroris itu tetap merekrut anggota baru yang ditemui dan dibina dalam penjara. Nah itu sebabnya jumlah anggota jeringan teroris semakin banyak," kata dia.

Ayub dihadirkan dalam diskusi publik yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, karena dia pernah terlibat berbagai gerakan sejenis di Eropa, Australia dan Asia, termasuk di Indonesia.

Akan tetapi, dia mengaku tidak bisa memastikan jumlah anggota teroris yang beraktivitas di Indonesia


Dia menyebut, "Sejumlah teroris yang dipenjara, malah memiliki santri baru yang direkrut di dalam penjara. Awalnya santrinya teroris itu terlibat tindak pidana kriminal biasa, yang kini malah bersedia menjadi pengantin eksekusi jihat terorisme."

"Kalau dulu pola rekrut harus diawali dengan bai'at maka sekarang tidak; ketemu ajak dan umumnya orang yang diajak itu kelompok frustasi yang kecewa pada aparat," ujarnya.

Karena itu, kata dia, sudah saatnya dibangun pusat rehabilitasi para teroris, yang tidak memberi ruang afiliasi dengan pihak lain, atau peluang merekrut anggota baru untuk menjadi bagian dari jaringan terorisme.