Jalin sebut jumlah uang tunai yang beredar capai Rp1.101 T pada 2023
25 Maret 2024 21:13 WIB
Direktur Utama Jalin Ario Tejo Bayu Aji saat menjawab pertanyaan awak media usai acara Buka Bersama Media di Jakarta, Senin (25/3/2024) (ANTARA/Bayu Saputra)
Jakarta (ANTARA) - PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) mengungkapkan, jumlah uang kartal atau uang tunai yang beredar di 2023 telah mencapai Rp1.101 triliun atau tumbuh 7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur Utama Jalin Ario Tejo Bayu Aji mengatakan, total jumlah uang kartal yang beredar itu merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir.
"Kebutuhan uang tunai masyarakat ini, tahun 2023 kemarin merupakan angka yang tertinggi yaitu Rp1.101 triliun, dan itu tumbuh dominannya di masyarakat sebesar 9 persen," kata Ario dalam acara Buka Bersama Media di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRI siapkan uang tunai Rp34 triliun jelang Lebaran 2024
Ario menilai pertumbuhan tersebut wajar mengingat uang tunai masih menjadi pilihan metode pembayaran favorit masyarakat Indonesia.
Mengutip data Bank Indonesia, dia menyampaikan bahwa metode pembayaran yang sering digunakan masyarakat tercatat masih menggunakan uang tunai (cash), yakni sebesar 45 persen.
Diikuti dengan dompet digital (e-wallet) sebesar 28 persen, serta kartu debit dan kartu kredit yang sama-sama sebesar 11 persen.
Selain uang kartal, alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) juga mengalami pertumbuhan sebesar 1 persen yoy, dengan peningkatan terbesar dari tarik tunai sebesar 4 persen dan transaksi belanja meningkat 9 persen.
"Kami lihat metode pembayaran yang sering digunakan masyarakat itu ternyata 45 persen masih menggunakan cash. Kemudian transaksi setor tunai dengan menggunakan APMK itu, masih tumbuh 1 persen dan kemudian untuk belanja itu masih 9 persen," ujarnya.
Ia juga memaparkan bahwa pertumbuhan signifikan terjadi pada transaksi digital.
Pertumbuhan itu ditopang oleh akseptansi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di kota-kota besar, dan masih diproyeksikan akan bertumbuh degan potensi GMV 2x lipat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 130 persen yoy dan mencapai Rp294 triliun di tahun 2023.
Baca juga: Jalin gandeng ShopeePay mendorong pertumbuhan ekonomi digital
Terlepas dari perkembangan transaksi digital, Ario menilai masih perlu penyempurnaan sistem keamanan siber dalam ekosistem transaksi digital di Indonesia.
"Yang perlu kita antisipasi adalah serangan siber, kemudian penyalahgunaan," terangnya.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah, Ario menilai perusahaan pelat merah itu sudah menyiapkan segala instrumen transaksi guna kelancaran mudik masyarakat, termasuk penyediaan uang kartal.
"Jadi memang kemarin tahun 2023 itu merupakan suatu growth yang memang pertama kali. Kalau melihat dari kondisi sekarang penyediaan uang kartal menurut koordinasi dengan Bank Indonesia, itu sih solid," pungkasnya.
Jalin merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan terintegrasi di bidang teknologi sistem pembayaran. Jalin merupakan perusahaan pengelola layanan jaringan switching LINK dan memiliki market share terbesar di kategori produk debit switching.
Direktur Utama Jalin Ario Tejo Bayu Aji mengatakan, total jumlah uang kartal yang beredar itu merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir.
"Kebutuhan uang tunai masyarakat ini, tahun 2023 kemarin merupakan angka yang tertinggi yaitu Rp1.101 triliun, dan itu tumbuh dominannya di masyarakat sebesar 9 persen," kata Ario dalam acara Buka Bersama Media di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRI siapkan uang tunai Rp34 triliun jelang Lebaran 2024
Ario menilai pertumbuhan tersebut wajar mengingat uang tunai masih menjadi pilihan metode pembayaran favorit masyarakat Indonesia.
Mengutip data Bank Indonesia, dia menyampaikan bahwa metode pembayaran yang sering digunakan masyarakat tercatat masih menggunakan uang tunai (cash), yakni sebesar 45 persen.
Diikuti dengan dompet digital (e-wallet) sebesar 28 persen, serta kartu debit dan kartu kredit yang sama-sama sebesar 11 persen.
Selain uang kartal, alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) juga mengalami pertumbuhan sebesar 1 persen yoy, dengan peningkatan terbesar dari tarik tunai sebesar 4 persen dan transaksi belanja meningkat 9 persen.
"Kami lihat metode pembayaran yang sering digunakan masyarakat itu ternyata 45 persen masih menggunakan cash. Kemudian transaksi setor tunai dengan menggunakan APMK itu, masih tumbuh 1 persen dan kemudian untuk belanja itu masih 9 persen," ujarnya.
Ia juga memaparkan bahwa pertumbuhan signifikan terjadi pada transaksi digital.
Pertumbuhan itu ditopang oleh akseptansi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di kota-kota besar, dan masih diproyeksikan akan bertumbuh degan potensi GMV 2x lipat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 130 persen yoy dan mencapai Rp294 triliun di tahun 2023.
Baca juga: Jalin gandeng ShopeePay mendorong pertumbuhan ekonomi digital
Terlepas dari perkembangan transaksi digital, Ario menilai masih perlu penyempurnaan sistem keamanan siber dalam ekosistem transaksi digital di Indonesia.
"Yang perlu kita antisipasi adalah serangan siber, kemudian penyalahgunaan," terangnya.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah, Ario menilai perusahaan pelat merah itu sudah menyiapkan segala instrumen transaksi guna kelancaran mudik masyarakat, termasuk penyediaan uang kartal.
"Jadi memang kemarin tahun 2023 itu merupakan suatu growth yang memang pertama kali. Kalau melihat dari kondisi sekarang penyediaan uang kartal menurut koordinasi dengan Bank Indonesia, itu sih solid," pungkasnya.
Jalin merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan terintegrasi di bidang teknologi sistem pembayaran. Jalin merupakan perusahaan pengelola layanan jaringan switching LINK dan memiliki market share terbesar di kategori produk debit switching.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024
Tags: