AS danai obat pencegahan TB untuk Indonesia senilai 1,5 juta dolar
25 Maret 2024 18:15 WIB
Direktur Kantor Kesehatan USAID Eni Martin (tengah) dalam acara konferensi pers kolaborasi antara Amerika Serikat dengan Indonesia dalam memerangi tuberkulosis (TB) dalam rangka memperingati Hari TB Sedunia di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, pada Senin (25/3/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengumumkan rencana untuk memberikan terapi pencegahan tuberkulosis atau TB (TPT) senilai 1,5 juta dolar AS untuk mempercepat pengobatan preventif melawan TB.
"USAID telah mengumumkan rencana untuk memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, senilai 1,52 juta dolar AS," ujar Direktur Kantor Kesehatan USAID, Eni Martin di Jakarta, Senin.
Konferensi pers tentang kolaborasi Amerika Serikat dan Indonesia untuk melawan TB diselenggarakan di Kedutaan Besar Amerika, Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret.
Baca juga: WHO Indonesia: Skrining dibarengi TPT kurangi TB hingga 44 persen
Eni menjelaskan tidak semua orang yang memiliki bakteri TB di tubuhnya akan sakit, dan tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam memerangi TB adalah TB resisten obat, dimana obat tersebut tidak lagi efektif melawan bakteri pada orang dengan TB.
Untuk itu, obat-obatan dari USAID tersebut akan banyak membantu, dan akan tiba dalam beberapa bulan mendatang. Obat yang diberikan tersedia untuk pengobatan jangka pendek yang khusus.
"Obat-obatan tersebut tersedia untuk pengobatan jangka pendek yang khusus, dimakan satu kali seminggu selama tiga bulan, yang sangat memungkinkan pasien menuntaskan pengobatan, dan merupakan gabungan 2 jenis kandungan dalam satu obat, ini bisa menyelamatkan nyawa," tuturnya.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, TB merupakan penyakit penyebab kematian terbesar keempat di Indonesia, yang sekaligus menjadikan negeri ini sebagai negara dengan beban TB kedua terbesar di dunia.
"Satu juta kasus TB diidentifikasi pada tahun 2022, yang artinya, satu orang didiagnosis TB setiap 30 detik di Indonesia. Untuk itu, demi memutus rantai penularan, kita harus mengidentifikasi pasien TB dan memastikan mereka mendapatkan pengobatan komprehensif hingga sembuh," paparnya.
Baca juga: Pakar: Kasus TBC di Indonesia masih tinggi, masuk peringkat dua global
Baca juga: Kemenkes: Indonesia nomor dua terbesar kasus TBC di dunia
Ia mengemukakan tantangan terbesar di Indonesia, yakni tidak semua orang yang terkena TB terdiagnosis, dan tidak terdiagnosis berarti tidak mendapatkan pengobatan.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga untuk melawan TB. "Kita diingatkan untuk melawan TB, karena hanya melalui tindakan kolektif, kita bisa mengatasi tantangan ini," ucapnya.
Untuk diketahui, sejak tahun 2000, USAID telah mendonasikan Rp4,7 miliar dolar AS untuk TB secara global, dan jumlah tersebut menyelamatkan 75 juta nyawa.
"USAID telah mengumumkan rencana untuk memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, senilai 1,52 juta dolar AS," ujar Direktur Kantor Kesehatan USAID, Eni Martin di Jakarta, Senin.
Konferensi pers tentang kolaborasi Amerika Serikat dan Indonesia untuk melawan TB diselenggarakan di Kedutaan Besar Amerika, Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret.
Baca juga: WHO Indonesia: Skrining dibarengi TPT kurangi TB hingga 44 persen
Eni menjelaskan tidak semua orang yang memiliki bakteri TB di tubuhnya akan sakit, dan tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam memerangi TB adalah TB resisten obat, dimana obat tersebut tidak lagi efektif melawan bakteri pada orang dengan TB.
Untuk itu, obat-obatan dari USAID tersebut akan banyak membantu, dan akan tiba dalam beberapa bulan mendatang. Obat yang diberikan tersedia untuk pengobatan jangka pendek yang khusus.
"Obat-obatan tersebut tersedia untuk pengobatan jangka pendek yang khusus, dimakan satu kali seminggu selama tiga bulan, yang sangat memungkinkan pasien menuntaskan pengobatan, dan merupakan gabungan 2 jenis kandungan dalam satu obat, ini bisa menyelamatkan nyawa," tuturnya.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, TB merupakan penyakit penyebab kematian terbesar keempat di Indonesia, yang sekaligus menjadikan negeri ini sebagai negara dengan beban TB kedua terbesar di dunia.
"Satu juta kasus TB diidentifikasi pada tahun 2022, yang artinya, satu orang didiagnosis TB setiap 30 detik di Indonesia. Untuk itu, demi memutus rantai penularan, kita harus mengidentifikasi pasien TB dan memastikan mereka mendapatkan pengobatan komprehensif hingga sembuh," paparnya.
Baca juga: Pakar: Kasus TBC di Indonesia masih tinggi, masuk peringkat dua global
Baca juga: Kemenkes: Indonesia nomor dua terbesar kasus TBC di dunia
Ia mengemukakan tantangan terbesar di Indonesia, yakni tidak semua orang yang terkena TB terdiagnosis, dan tidak terdiagnosis berarti tidak mendapatkan pengobatan.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga untuk melawan TB. "Kita diingatkan untuk melawan TB, karena hanya melalui tindakan kolektif, kita bisa mengatasi tantangan ini," ucapnya.
Untuk diketahui, sejak tahun 2000, USAID telah mendonasikan Rp4,7 miliar dolar AS untuk TB secara global, dan jumlah tersebut menyelamatkan 75 juta nyawa.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: