Dokter minta semua pihak beri perhatian serius pada penanggulangan TB
25 Maret 2024 16:46 WIB
Tangkapan layar dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP (K) dalam seminar daring bertepatan dengan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, Senin (25/3/2024). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP (K) meminta semua pihak memberikan perhatian serius dalam penanggulangan kasus tuberkulosis (TBC atau TB) di Indonesia.
"TB masalah kesehatan yang masih (menjadi) perhatian di seluruh dunia. Indonesia menyumbangkan penderita TB aktif nomor dua terbanyak di dunia," kata dia dalam seminar daring bertepatan dengan peringatan Hari Tuberkulosis sedunia pada Senin.
Karena itu, semua pihak harus memberikan perhatian serius dalam penanggulangan TB di Indonesia.
Agus secara khusus meminta para klinisi dan dokter yang menangani kasus TB untuk selalu melakukan pembaruan dalam tata laksana penanganan kasus TB sensitif obat maupun TB resisten obat.
Baca juga: Guru Besar UI kembangkan vaksin M72 untuk pengobatan TB lebih efektif
Mereka juga harus memahami kasus-kasus sulit dan kasus kompleks yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya memerlukan pembedahan atau teknologi baru di dalam diagnostik.
TB disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menyebar melalui percikan dahak pasien saat batuk atau bersin tanpa menutup mulut.
Merujuk WHO Global Tuberculosis Report tahun 2023, estimasi kasus TBC di Indonesia tahun 2022 meningkat menjadi sebesar 1.060.000 kasus berada di peringkat kedua setelah India.
Lalu, khusus di Jakarta, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan mobilitas dan kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan beban kasus TBC di DKI Jakarta juga tinggi.
Baca juga: Jakarta tuan rumah pertemuan internasional bahas pemberantasan TBC
Dinkes mencatat jumlah notifikasi kasus TBC di DKI Jakarta tahun 2023 sebesar 60.420 kasus. Dari jumlah ini, sebanyak 59.217 di antaranya merupakan kasus TBC sensitif obat (SO) dan 1.203 (2 persen) lainnya adalah kasus TBC resisten obat (RO).
TBC SO merupakan kondisi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masih sensitif terhadap obat anti TB (OAT). Sedangkan TBC RO adalah kondisi bakteri telah mengalami kekebalan terhadap obat anti TB.
Sementara itu, jumlah kasus TBC anak yang ditemukan sebanyak 9.684 atau 16 persen dari total seluruh kasus TBC.
Kemudian, dari seluruh kasus TBC SO yang ditemukan, sebanyak 86 persen yang sudah memulai pengobatan dari target nasional 95 persen.
"TB masalah kesehatan yang masih (menjadi) perhatian di seluruh dunia. Indonesia menyumbangkan penderita TB aktif nomor dua terbanyak di dunia," kata dia dalam seminar daring bertepatan dengan peringatan Hari Tuberkulosis sedunia pada Senin.
Karena itu, semua pihak harus memberikan perhatian serius dalam penanggulangan TB di Indonesia.
Agus secara khusus meminta para klinisi dan dokter yang menangani kasus TB untuk selalu melakukan pembaruan dalam tata laksana penanganan kasus TB sensitif obat maupun TB resisten obat.
Baca juga: Guru Besar UI kembangkan vaksin M72 untuk pengobatan TB lebih efektif
Mereka juga harus memahami kasus-kasus sulit dan kasus kompleks yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Misalnya memerlukan pembedahan atau teknologi baru di dalam diagnostik.
TB disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menyebar melalui percikan dahak pasien saat batuk atau bersin tanpa menutup mulut.
Merujuk WHO Global Tuberculosis Report tahun 2023, estimasi kasus TBC di Indonesia tahun 2022 meningkat menjadi sebesar 1.060.000 kasus berada di peringkat kedua setelah India.
Lalu, khusus di Jakarta, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan mobilitas dan kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan beban kasus TBC di DKI Jakarta juga tinggi.
Baca juga: Jakarta tuan rumah pertemuan internasional bahas pemberantasan TBC
Dinkes mencatat jumlah notifikasi kasus TBC di DKI Jakarta tahun 2023 sebesar 60.420 kasus. Dari jumlah ini, sebanyak 59.217 di antaranya merupakan kasus TBC sensitif obat (SO) dan 1.203 (2 persen) lainnya adalah kasus TBC resisten obat (RO).
TBC SO merupakan kondisi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masih sensitif terhadap obat anti TB (OAT). Sedangkan TBC RO adalah kondisi bakteri telah mengalami kekebalan terhadap obat anti TB.
Sementara itu, jumlah kasus TBC anak yang ditemukan sebanyak 9.684 atau 16 persen dari total seluruh kasus TBC.
Kemudian, dari seluruh kasus TBC SO yang ditemukan, sebanyak 86 persen yang sudah memulai pengobatan dari target nasional 95 persen.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024
Tags: