Pada awal perdagangan Senin pagi, rupiah dibuka tergelincir 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.790 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.783 per dolar AS.
"Indikator manufaktur AS yang kuat dan pasar tenaga kerja yang lebih ketat menurunkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal, meningkatkan sentimen risk-off di pasar," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Indeks dolar AS menguat didorong oleh pernyataan dovish dari Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB). Gubernur BoE, Andrew Bailey, menyatakan bahwa penurunan suku bunga kebijakan akan menjadi topik utama dalam pertemuan BoE mendatang, menegaskan sinyal bahwa suku bunga kebijakan BoE telah mencapai puncaknya.
Salah satu anggota ECB, Joachim Nagel, memperkirakan ECB akan mulai memangkas suku bunga bahkan sebelum liburan musim panas, menyiratkan penurunan suku bunga lebih awal pada tahun 2024.
Apresiasi dolar AS juga dipengaruhi oleh pernyataan salah satu pejabat The Fed, Raphael Bostic. Bostic menyatakan The Fed hanya bisa memangkas Fed Funds Rate satu kali pada tahun 2024 karena kekhawatiran melambatnya kemajuan disinflasi.
Sentimen tersebut mengimbangi dampak pengumuman pertemuan FOMC yang menandakan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi turun menjadi Rp15.729 per dolar AS
Baca juga: Kemendag: Penurunan harga referensi CPO dipengaruhi pelemahan rupiah
Baca juga: BI imbau bijak belanja dan mencermati keaslian rupiah jelang Lebaran