Pengamat: Airlangga Hartarto berpeluang pimpin koalisi besar
23 Maret 2024 00:46 WIB
Arsip - Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Airlangga Hartato (kiri) berbincang dengan Ketua TKN Rosan Roeslani (tengah) dan anggota Dewan Pengarah TKN Hashim Djojohadikusumo (kanan) usai mengikuti rapat di Jakarta, Kamis (9/11/2023). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wpa.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah menilai Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, berpeluang memimpin koalisi besar di pemerintahan Prabowo-Gibran.
''Kinerja Airlangga dinilai cukup baik dalam mengawal sektor perekonomian dalam negeri, jadi peluangnya cukup besar memimpin koalisi besar. Ini menandai jika Jokowi akan ada pada pihak Golkar, termasuk soal penyusunan kabinet," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikan Dedi menanggapi lahirnya wacana koalisi besar, yang akan mengawal pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mulai ramai diperbincangkan dalam beberapa hari terakhir.
Koalisi besar diungkapkan Sekjen DPP Gerindra Ahmad Muzani, yang menilai koalisi itu sangat penting untuk menyukseskan program-program besar yang akan dijalankan Prabowo-Gibran.
Menurut dia, jika membaca pemerintahan sebelumnya atau yang saat ini sedang berjalan maka ada kelebihan jika wacana koalisi besar tersebut benar-benar terealisasi.
"Kelebihan yang dimaksud yakni stabilitas dan efektifitas putusan politik, sehingga pemerintah dimudahkan dalam menjalankan pekerjaan pembangunan," jelasnya.
Dedi menilai sangat mungkin peluang koalisi besar itu terwujud. Namun tentu dengan catatan dilakukan secara proporsional. Partai pengusung Prabowo-Gibran harus mendapat porsi yang sesuai dengan kinerja politik mereka, utamanya dalam hal pemenangan.
"Secara khusus Golkar (mesti mendapat porsi lebih), mengingat Golkar adalah partai terbesar sekaligus representasi Gibran," ujarnya.
Artinya, kata Dedi, cukup rasional jika Partai Golkar dilibatkan dalam putusan penting koalisi besar tersebut. Bahkan Partai Golkar bisa saja dianggap sebagai pemimpin koalisi besar karena jumlah kursi partai yang identik dengan warna kuning itu di parlemen yang terbesar dalam koalisi.
"Di luar itu, partai penantang di pilpres utamanya PKB dan Nasdem sejauh ini tidak miliki persoalan dan pertentangan dengan kelompok Prabowo-Gibran, untuk itu wacana koalisi besar cukup mudah dijalankan," katanya.
Baca juga: Airlangga: Keberpihakan Presiden dijamin undang-undang pemilu
Baca juga: Politisi Golkar sambut baik survei Indikator terkait kinerja Airlangga
Baca juga: Ketum Golkar: Niatkan puasa untuk meraih derajat muttaqin
''Kinerja Airlangga dinilai cukup baik dalam mengawal sektor perekonomian dalam negeri, jadi peluangnya cukup besar memimpin koalisi besar. Ini menandai jika Jokowi akan ada pada pihak Golkar, termasuk soal penyusunan kabinet," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikan Dedi menanggapi lahirnya wacana koalisi besar, yang akan mengawal pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mulai ramai diperbincangkan dalam beberapa hari terakhir.
Koalisi besar diungkapkan Sekjen DPP Gerindra Ahmad Muzani, yang menilai koalisi itu sangat penting untuk menyukseskan program-program besar yang akan dijalankan Prabowo-Gibran.
Menurut dia, jika membaca pemerintahan sebelumnya atau yang saat ini sedang berjalan maka ada kelebihan jika wacana koalisi besar tersebut benar-benar terealisasi.
"Kelebihan yang dimaksud yakni stabilitas dan efektifitas putusan politik, sehingga pemerintah dimudahkan dalam menjalankan pekerjaan pembangunan," jelasnya.
Dedi menilai sangat mungkin peluang koalisi besar itu terwujud. Namun tentu dengan catatan dilakukan secara proporsional. Partai pengusung Prabowo-Gibran harus mendapat porsi yang sesuai dengan kinerja politik mereka, utamanya dalam hal pemenangan.
"Secara khusus Golkar (mesti mendapat porsi lebih), mengingat Golkar adalah partai terbesar sekaligus representasi Gibran," ujarnya.
Artinya, kata Dedi, cukup rasional jika Partai Golkar dilibatkan dalam putusan penting koalisi besar tersebut. Bahkan Partai Golkar bisa saja dianggap sebagai pemimpin koalisi besar karena jumlah kursi partai yang identik dengan warna kuning itu di parlemen yang terbesar dalam koalisi.
"Di luar itu, partai penantang di pilpres utamanya PKB dan Nasdem sejauh ini tidak miliki persoalan dan pertentangan dengan kelompok Prabowo-Gibran, untuk itu wacana koalisi besar cukup mudah dijalankan," katanya.
Baca juga: Airlangga: Keberpihakan Presiden dijamin undang-undang pemilu
Baca juga: Politisi Golkar sambut baik survei Indikator terkait kinerja Airlangga
Baca juga: Ketum Golkar: Niatkan puasa untuk meraih derajat muttaqin
Pewarta: Fauzi
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: