Teheran (ANTARA News) - Presiden Iran Hassan Rouhani, Minggu, mengatakan kepada Utusan PBB - Liga Arab Lakhdar Brahimi --yang tengah berkunjung-- bahwa salah satu bagian dari solusi untuk krisis Suriah adalah dengan mengusir "kelompok pelaku teror" dari negara itu, kata sebuah laporan.

"Iran percaya bahwa dengan melanjutkan bantuan kemanusiaan, mencegah masuknya (dan) mengusir kelompok pelaku teror dari Suriah serta pemusnahan menyeluruh senjata kimia akan menjadi langkah pertama yang penting untuk mencapai perdamaian stabil di Suriah," kata Rouhani dalam komentar yang dilaporkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA.

Rezim Suriah menyebut para gerilyawan yang berjuang untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai "kelompok teroris" yang menerima perintah dari negara-negara asing.

Brahimi tengah melakukan tur di Timur Tengah untuk menggalang dukungan bagi rencana konferensi perdamaian di Jenewa bulan depan antara rezim dan perwakilan gerilyawan.

Rouhani mengatakan hambatan utama untuk menyelesaikan krisis Suriah adalah kurangnya konsensus di antara pemain di kawasan tersebut dan internasional.

"Masalah pertama adalah perpecahan di antara oposisi Suriah, kehadiran kelompok pelaku teror di antara mereka ... dan kurangnya konsensus di antara negara-negara tetangga Suriah dan negara-negara besar dunia," katanya.

Dia menambahkan, "Iran siap untuk memainkan peran positif dalam setiap gerakan yang akan berkontribusi bagi kestabilan di Suriah, dan tidak ada bedanya jika upaya itu disebut konferensi Jenewa II atau apa pun."

Upaya yang disebut konferensi Jenewa II itu telah berulang kali ditunda di tengah perselisihan antara oposisi Suriah, dan perselisihan tentang negara mana saja, termasuk Iran, yang akan ikut berpartisipasi.

Brahimi mengatakan di Teheran pada Sabtu bahwa partisipasi Iran "perlu dan alami".

Namun ia menekankan bahwa belum ada undangan yang dikirim untuk usul konferensi perdamaian internasional yang oleh PBB diharapkan dapat diselenggarakan pada akhir November itu.

Prospek untuk inisiatif itu tampak redup seiring dengan oposisi Suriah yang terpecah belah belum memutuskan apakah akan hadir dan Bashar mengatakan "faktor-faktor belum siap" untuk konferensi.

Konflik itu telah menewaskan lebih dari 115 ribu orang sejak meletus pada Maret 2011, ketika tindakan keras pemerintah terhadap protes damai berubah menjadi perang saudara, demikian laporan AFP.

(G003)