YKAN: Sasi harus dipertahankan karena beri banyak manfaat untuk warga
22 Maret 2024 18:46 WIB
Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Lukas Rumetna saat memaparkan peta kawasan konservasi perairan di wilayah Misool Utara kepada wartawan di Sorong, Papua Barat Daya, Jumat (22/3/2024). ANTARA/Tri Meilani Ameliya
Sorong (ANTARA) - Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Lukas Rumetna menyampaikan praktik pengelolaan sasi laut harus dipertahankan karena memberikan banyak manfaat untuk warga.
"Saya pikir kalau sasi itu terus dipertahankan, masyarakat akan terus mendapatkan manfaat dari aktivitas itu," kata Lukas kepada wartawan di Sorong, Papua Barat Daya, Jumat.
Manfaat dari pengelolaan sasi laut, kata dia, antara lain manfaat ekologi yakni melindungi spesies tertentu dari kepunahan akibat pemanfaatan yang berlebih atau merusak. Selain itu ada pula manfaat ekonomi dari pengelolaan sasi yakni hasil dari buka sasi dapat digunakan untuk membantu kebutuhan pendidikan anak-anak dan tabungan di masa depan jika ada masyarakat setempat mengalami kesusahan.
Lukas menjelaskan pengelolaan sasi laut merupakan salah satu praktik adat yang bertujuan mengelola sumber daya alam berkelanjutan dan masih diterapkan di wilayah Maluku dan Papua. Sasi laut menggambarkan aturan spesifik dan tidak tertulis yang mengatur akses terhadap wilayah penangkapan ikan, alat penangkapan ikan, spesies target, serta waktu dan lokasi penangkapan ikan.
Apabila ke depannya pengelolaan sasi tidak dilanjutkan oleh generasi penerus, menurut Lukas, kesehatan ekologi laut di wilayah Maluku dan Papua akan terganggu.
Baca juga: Menjaga sumber daya laut di Maluku dengan tradisi budaya sasi
"Ekologi mereka akan menurun, kesehatan ekologi, dan nilai-nilai ekologi. Mereka juga tidak bisa lagi mendapatkan nilai ekonomi dari sumber daya alamnya sendiri. Terakhir, mereka juga akan kehilangan tradisinya," ujar dia.
Sejauh ini Lukas menyampaikan YKAN telah mendampingi pengelolaan sasi berlandaskan sains kepada masyarakat di Pulau Misool dan Kofiau di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Seluruh kawasan sasi berada di zona penangkapan ikan tradisional dengan fungsi khusus zonasi kawasan sub-sasi di kawasan konservasi.
Pada awalnya semua kelompok sasi yang didampingi YKAN hanyalah kelompok laki-laki. Namun pada tahun 2012 kelompok perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, yang dipimpin seorang tokoh perempuan adat diberikan lokasi sasi untuk pertama kalinya dalam sejarah Papua.
Hak kepemilikannya diakui sepenuhnya oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemegang adat. YKAN lalu mendukung Waifuna untuk memastikan ekosistem yang sesuai dikelola dengan cara yang sehat dan regeneratif.
Saat ini sasi yang dikelola oleh Kelompok Waifuna sangat sukses sehingga pemerintah desa memperluas wilayahnya dari 32 hektare menjadi 213 hektare pada tahun 2019.
Baca juga: Kampung Menarbu Wondama adakan pesta ikan melalui Buka Sasi
"Saya pikir kalau sasi itu terus dipertahankan, masyarakat akan terus mendapatkan manfaat dari aktivitas itu," kata Lukas kepada wartawan di Sorong, Papua Barat Daya, Jumat.
Manfaat dari pengelolaan sasi laut, kata dia, antara lain manfaat ekologi yakni melindungi spesies tertentu dari kepunahan akibat pemanfaatan yang berlebih atau merusak. Selain itu ada pula manfaat ekonomi dari pengelolaan sasi yakni hasil dari buka sasi dapat digunakan untuk membantu kebutuhan pendidikan anak-anak dan tabungan di masa depan jika ada masyarakat setempat mengalami kesusahan.
Lukas menjelaskan pengelolaan sasi laut merupakan salah satu praktik adat yang bertujuan mengelola sumber daya alam berkelanjutan dan masih diterapkan di wilayah Maluku dan Papua. Sasi laut menggambarkan aturan spesifik dan tidak tertulis yang mengatur akses terhadap wilayah penangkapan ikan, alat penangkapan ikan, spesies target, serta waktu dan lokasi penangkapan ikan.
Apabila ke depannya pengelolaan sasi tidak dilanjutkan oleh generasi penerus, menurut Lukas, kesehatan ekologi laut di wilayah Maluku dan Papua akan terganggu.
Baca juga: Menjaga sumber daya laut di Maluku dengan tradisi budaya sasi
"Ekologi mereka akan menurun, kesehatan ekologi, dan nilai-nilai ekologi. Mereka juga tidak bisa lagi mendapatkan nilai ekonomi dari sumber daya alamnya sendiri. Terakhir, mereka juga akan kehilangan tradisinya," ujar dia.
Sejauh ini Lukas menyampaikan YKAN telah mendampingi pengelolaan sasi berlandaskan sains kepada masyarakat di Pulau Misool dan Kofiau di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Seluruh kawasan sasi berada di zona penangkapan ikan tradisional dengan fungsi khusus zonasi kawasan sub-sasi di kawasan konservasi.
Pada awalnya semua kelompok sasi yang didampingi YKAN hanyalah kelompok laki-laki. Namun pada tahun 2012 kelompok perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, yang dipimpin seorang tokoh perempuan adat diberikan lokasi sasi untuk pertama kalinya dalam sejarah Papua.
Hak kepemilikannya diakui sepenuhnya oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemegang adat. YKAN lalu mendukung Waifuna untuk memastikan ekosistem yang sesuai dikelola dengan cara yang sehat dan regeneratif.
Saat ini sasi yang dikelola oleh Kelompok Waifuna sangat sukses sehingga pemerintah desa memperluas wilayahnya dari 32 hektare menjadi 213 hektare pada tahun 2019.
Baca juga: Kampung Menarbu Wondama adakan pesta ikan melalui Buka Sasi
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: