Pekalongan (ANTARA) - Pabrik Gula (PG) Sragi Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, fokus membangun basis kemitraan dengan petani tebu untuk memastikan keterjagaan pasokan bahan baku tebu (BBT).

"PG Sragi kini menjadi benteng terakhir di pantura Jawa Tengah karena beberapa pabrik gula PTPN Group telah dinonaktifkan," kata General Manager PG Sragi Sri Pratomo di Pekalongan, Jumat.

Menurut dia, pihaknya akan menyewa lahan dari masyarakat sehingga pada tahun selanjutnya mereka dapat meneruskan menggarap sendiri lahan tebu tersebut.

"Harapannya, dengan luasan lahan dan jumlah petani tebu bertambah. Adapun untuk membantu kebutuhan sarana produksi pertanian petani, PG Sragi bekerjasama dengan PT Petrokimia Gresik melalui program 'Makmur' untuk pemenuhannya," katanya.

Terkait dengan masalah pendanaan, Sri Pratomo mengatakan pihaknya menghubungkan petani dengan perbankan.

"Salah satu strategi PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yaitu menerapkan pola regional sehingga saling bahu membahu terutama dalam pemenuhan kapasitas bahan baku tebu.

Dikatakan, PG Sragi masuk dalam regional Jawa Tengah yang terdiri atas 8 pabrik gula yang saling bersinergi yaitu PG Sragi, PG Rendeng, PG Mojo, PG Soedhono, PG Poerwodadie, PG Redjosarie, PG Pagottan, dan PG Lestari.

PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) merupakan anak perusahaan PTPN III Persero Holding Perkebunan yang memiliki komoditas gula.

Menurut dia, idealnya PG Sragi dengan kapasitas giling 3 ribu TCD (ton cane per day) itu menggiling tebu sebanyak 400 ribu ton atau dengan ketersediaan lahan seluas sekitar 5.500 hektare dengan radius kebun maksimal 60 kilometer dari pabrik gula.

Hal itu, kata dia, menjadi tantangan bagi pihaknya untuk menjaga performa kinerja pabrik tetap optimal.

Ia mengatakan saat ini pasokan bahan baku tebu berasal dari mitra petani tebu rakyat (PTR), lahan tebu milik Regional 3 PTPN 1, dan Agroforestri Perhutani.

"Sedang lahan tebu sendiri baru akan dikembangkan untuk tebu giling pada 2025. Dengan adanya reorganisasi PTPN Group yang melahirkan PT Sinergi Gula Nusantara sebagai pemegang amanah untuk mengelola pabrik gula dan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol juga telah memberi ruang kesempatan baru bagi kami untuk bangkit dan berbenah," katanya.

Direktur PT Sinergi Gula Nusantara Aris Toharisman menambahkan untuk mewujudkan swasembada gula nasional harus melibatkan berbagai pihak termasuk petani tebu yang nantinya bisa berdampak terhadap tingkat kesejahteraan petani tebu.