Dubai (ANTARA News) - Seorang pria Suriah, Wasfi Tayseer Jarad telah terdampar di Terminal 2 Bandara Dubai selama 16 hari.

Ia tertahan di bandara tersebut sejak dibebaskan dari penjara setelah ia menjalani hukuman dalam kasus obat terlarang dan dikeluarkan dengan perintah deportasi, kata harian berbahasa Inggris Gulf News, Kamis (24/10).

Sementara negara asalnya, Suriah, sedang dilanda kerusuhan politik. Pemerintah di Dubai memberi pria berusia 34 tahun itu pilihan untuk pergi ke tempat lain yang akan menerima dia.

Namun masa berlaku paspornya telah habis, dan Jordania --tempat keluarganya telah menyelamatkan diri dari perang saudara di Suriah-- menolak untuk mengizinkan dia masuk, demikian laporan Reuters.

Turki dan Lebanon telah melakukan tindakan yang sama, yaitu menolak Jarad --yang naik pesawat yang sama yang membawa dia dari Dubai, Uni Emirat Arab, kata surat kabar itu.

Kasus tersebut tampaknya telah terperosok di antara bermacam jurisdiksi, sementara Jarad sendiri tak bisa dihubungi melalui telepon, beberapa departemen pemerintah setempat saling melempar telepon ketika dihubungi oleh Reuters.

Kantor kejaksaan, yang bertanggungjawab untuk mengawasi deportasi terpidana, menyatakan akan menyelidiki kondisi itu.

Jarad mengatakan ia telah tinggal dengan makan satu hamburger sehari dan mencuci toilet sementara keluarganya berusaha memperoleh paspor untuk dia, agar ia bisa bergabung dengan mereka di Jordania.

Ia telah ditawari terbang ke Latakia, Suriah, tapi mengatakan ia mengkhawatirkan keselamatannya di sana, dan memberitahu Gulf News, "Saya berharap saya bisa kembali ke penjara Dubai."


(C003)