Jakarta (ANTARA) - VP Community Development & Stakeholder Relations Holding Perkebunan Nusantara, Deslaknyo Wisnu Hanjagi mengatakan kolaborasi antar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat mendorong peningkatan produktivitas petani kopi di Indonesia.

"BUMN ini kan banyak sekali stakeholder-nya ya, banyak sekali bisnisnya, misalkan ada Pupuk Indonesia di bisnis pupuk, kemudian ada bank Himbara itu punya program KUR, dari sisi perdagangannya ada ID Food, kemudian dari sisi pelatihannya kami mempunyai pusat penelitian kopi dan kakao yang ada di Jember," kata Deslaknyo dalam jumpa pers di kawasan Ampera Raya, Jakarta Selatan pada Rabu.

Kehadiran sejumlah BUMN yang memiliki peran masing-masing dalam pengembangan produktivitas kopi, menurutnya, dapat menciptakan ekosistem bisnis kopi Indonesia yang tidak hanya produktif tetapi juga berkelanjutan.

Deslaknyo mencontohkan, PT Pupuk Indonesia dapat memberikan akses terhadap pupuk berkualitas untuk petani. Kemudian dari sisi permodalan terdapat program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan bank Himbara.

Baca juga: Kopi jadi peluang menjanjikan bagi petani OAP di Manokwari

Baca juga: Penyuplai di Ulubelu Lampung memasok biji kopi 1.000 ton ke LDC


Selain peran BUMN, dia menyebutkan pihaknya turut menggaet sejumlah kementerian dan lembaga untuk membangun ekosistem produksi kopi di Indonesia di antaranya Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, hingga Kementerian Pertanian.

"Karena produktivitas (kopi) kita nomor 14 di dunia jadi hal tersebut lah yang dicoba oleh pemerintah, pemerintah melihat bahwa salah satu hal yang perlu menjadi concern (perhatian) oleh seluruh masyarakat Indonesia, seluruh petani, seluruh stakeholder yang ada di Indonesia adalah bagaimana kita meningkatkan produktivitas kopi yang ada di Indonesia," tuturnya.

Deslaknyo menekankan produktivitas petani kopi di Indonesia tidak hanya berkelanjutan di aspek lingkungan, tetapi juga berkelanjutan di aspek ekonomi dan sosial yang berarti petani kopi juga harus mendapatkan keuntungan dari bisnis kopi serta kesejahteraan sosialnya perlu dilindungi.

"Jadi bagaimana dari petani ini mereka punya satu semangat atau punya satu keyakinan bahwa begitu mereka tanam kopi ya mereka harus untung gitu. Karena balik lagi, bahwa biar semuanya sustainable (berkelanjutan), ekonomi itu juga harus bisa terlindungi," ucapnya.

Baca juga: Produksi kopi petani binaan Dinas TPHP tembus pasar Australia

Baca juga: Petani kopi atasi dampak perubahan iklim dengan pola tanam organik

Baca juga: Petani kopi atasi dampak perubahan iklim dengan pola tanam organik