Dokter berikan tips dalam mendengarkan audio yang aman dan nyaman
20 Maret 2024 20:17 WIB
Arsip Foto - Dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) saat memeriksa telinga pasien di RSUD Kalisari, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (2/3/2023). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/tom.
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan RS THT Bedah KL Proklamasi dr Anggina Diksita memberikan sejumlah tips dalam pemakaian perangkat audio yang aman dan nyaman, agar tidak terjadi gangguan pendengaran.
"Penggunaan perangkat audio itu, headphone, headset, earphone, apapun yang lainnya, itu boleh digunakan. Tapi dengan catatan harus dengan bijak," kata Anggina dalam “Sayangi Telinga Kamu Biar Gak Jadi Generasi ‘HAH?’” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu.
Dokter itu menjelaskan, boleh menggunakan perangkat audio setiap hari, namun dengan catatan, untuk mendengar suara 85 desibel, satu hari perlu dibatasi hanya 8 jam.
Dia juga menambahkan, untuk satu jam pemakaian, volume perlu dibatasi pada 60 persen, dan setelah 60 menit, telinga perlu diistirahatkan kira-kira 15 hingga 30 menit.
Selain itu, katanya, dari sekian banyak bentuk perangkat audio tersebut, yang disarankan adalah headphone atau headset, karena bentuknya yang mengelilingi telinga dan bukan dimasukkan, seperti earphone.
Anggina juga menjelaskan bahwa salah satu fitur yang perlu diperhatikan dalam membeli produk tersebut adalah peredam bising atau noise cancelling.
Dia menilai, fitur itu penting agar suara-suara dari luar headset tidak ikut masuk, sehingga tidak perlu menaikkan volume akibat bunyi-bunyi yang saling beradu kencangnya.
"Sekarang nih ada headphone yang dijual khusus untuk anak-anak, di mana mereka mempunyai pembatasan volume kita bisa menjaga anak-anak kita minimal dengan cara itu," katanya.
Dia juga menyebut bahwa salah satu kelebihan headphone adalah, ketika volume diputar terlalu kencang, maka orang sekitarnya dapat menyadarinya, dan dapat memberitahu untuk menurunkan volumenya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan telinga minimal sekali dalam enam bulan. Selain itu, dia mengatakan untuk tidak membersihkan telinga menggunakan cotton bud meskipun terasa enak, karena fungsi cotton bud bukan untuk membersihkan telinga.
Selain itu, ujarnya, kotoran dalam telinga malah bisa masuk lebih dalam karena terdorong cotton bud.
"Tapi cotton bud itu bisa kita gunakan untuk membersihkan area daun telinga. Atau muara depan telinganya masih oke," katanya.
Dia mengatakan, apabila terus mengorek-ngorek telinga, maka dapat terjadi infeksi pada liang telinga, yang dapat menyebabkan bengkak bahkan jamur.
"Penggunaan perangkat audio itu, headphone, headset, earphone, apapun yang lainnya, itu boleh digunakan. Tapi dengan catatan harus dengan bijak," kata Anggina dalam “Sayangi Telinga Kamu Biar Gak Jadi Generasi ‘HAH?’” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu.
Dokter itu menjelaskan, boleh menggunakan perangkat audio setiap hari, namun dengan catatan, untuk mendengar suara 85 desibel, satu hari perlu dibatasi hanya 8 jam.
Dia juga menambahkan, untuk satu jam pemakaian, volume perlu dibatasi pada 60 persen, dan setelah 60 menit, telinga perlu diistirahatkan kira-kira 15 hingga 30 menit.
Selain itu, katanya, dari sekian banyak bentuk perangkat audio tersebut, yang disarankan adalah headphone atau headset, karena bentuknya yang mengelilingi telinga dan bukan dimasukkan, seperti earphone.
Anggina juga menjelaskan bahwa salah satu fitur yang perlu diperhatikan dalam membeli produk tersebut adalah peredam bising atau noise cancelling.
Dia menilai, fitur itu penting agar suara-suara dari luar headset tidak ikut masuk, sehingga tidak perlu menaikkan volume akibat bunyi-bunyi yang saling beradu kencangnya.
"Sekarang nih ada headphone yang dijual khusus untuk anak-anak, di mana mereka mempunyai pembatasan volume kita bisa menjaga anak-anak kita minimal dengan cara itu," katanya.
Dia juga menyebut bahwa salah satu kelebihan headphone adalah, ketika volume diputar terlalu kencang, maka orang sekitarnya dapat menyadarinya, dan dapat memberitahu untuk menurunkan volumenya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan telinga minimal sekali dalam enam bulan. Selain itu, dia mengatakan untuk tidak membersihkan telinga menggunakan cotton bud meskipun terasa enak, karena fungsi cotton bud bukan untuk membersihkan telinga.
Selain itu, ujarnya, kotoran dalam telinga malah bisa masuk lebih dalam karena terdorong cotton bud.
"Tapi cotton bud itu bisa kita gunakan untuk membersihkan area daun telinga. Atau muara depan telinganya masih oke," katanya.
Dia mengatakan, apabila terus mengorek-ngorek telinga, maka dapat terjadi infeksi pada liang telinga, yang dapat menyebabkan bengkak bahkan jamur.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: