Pada akhir perdagangan Rabu, kurs rupiah turun 5 poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.723 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.718 per dolar AS.
"Hal itu dikarenakan tingkat inflasi di Indonesia yang masih terkendali, serta nilai tukar rupiah yang terus tertekan, sehingga masih diperlukan langkah-langkah stabilisasi oleh BI," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva, di Jakarta, Rabu.
Menurut BI, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah.
Keputusan tersebut juga mendukung langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Pada sisi lain, kinerja mata uang rupiah tertekan oleh suasana kehati-hatian pasar menjelang pertemuan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed).
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil untuk kelima kalinya berturut-turut pada pertemuan bulan Maret.
Pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil di kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen pada Rabu.
Dalam beberapa pekan terakhir data ekonomi AS menunjukkan bahwa perekonomian AS kuat dan inflasi tetap tinggi.
Data tersebut mungkin meyakinkan The Fed untuk menunda penurunan suku bunga, yang akan mengangkat kinerja mata uang dolar AS dan menekan kinerja rupiah.
Hal itu dikarenakan tingkat inflasi di Indonesia yang masih terkendali, serta nilai tukar rupiah yang terus tertekan sehingga masih diperlukan langkah-langkah stabilisasi oleh BI.
Baca juga: Ekonom: Ruang penurunan BI-Rate terbuka pada semester II 2024
Baca juga: BI kembali pertahankan suku bunga BI-Rate di level 6 persen