Berto mengatakan ketika pandemi COVID-19 melanda pada penghujung tahun 2019, jumlah penduduk bumi mencapai 13 miliar jiwa. Sedangkan, ponsel yang teregistrasi di pabrik mencapai 7 miliar unit.
Bahkan, selama pandemi yang berlangsung dua tahun ada potensi 5 miliar unit ponsel menjadi sampah.
Baca juga: KLHK tetapkan 4 tersangka pembakaran limbah elektronikdi Tangerang
Baca juga: Pemprov DKI kelola sampah elektronik rumah tangga secara gratis
Berto menyayangkan informasi itu tidak pernah disampaikan kepada para murid di sekolah bahwa suatu hari nanti semua perangkat yang dibeli menjadi sampah. Sejak dini murid seharusnya diajarkan cara bertanggungjawab terhadap lingkungan.
"Kita selalu bicara sampah plastik. Sampah plastik cuma 14 sampai 18 persen, sedangkan 60 persen sampah organik, dan 3 persen sampah elektronik yang jumlahnya semakin meningkat," ucapnya.
Baca juga: Sampah elektronik kini bisa dikonversi jadi investasi digital
Baca juga: Nanti ada regulasi turunan untuk pengelolaan sampah elektronik
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Sampah Spesifik mengamanatkan sampah elektronik masuk dalam kategori sampah spesifik yang memerlukan pengelolaan khusus dikarenakan sifat, konsentrasi maupun volumenya.
Baca juga: Danny Pomanto siap atasi sampah elektronik di Makassar
Baca juga: Pemprov jelaskan alur penanganan sampah elektronik dari rumah warga
Baca juga: DKI kurangi 1.600 kilogram limbah B3 dan elektronik per tiga bulan