Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memandang konsep pendidikan lingkungan yang membangun kesadaran ekologi para peserta didik atau ekopedagogi kian menarik perhatian lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
"Ekopedagogi bisa memberikan kesadaran yang kuat tentang lingkungan," kata Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN Trina Fizzanty dalam diskusi publik bertajuk peluang dan tantangan ekopedagogi sekolah alam dan sekolah adiwiyata yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Trina mengatakan ekopedagogi sudah dibicarakan oleh Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi.

Meski lembaga pendidikan di Indonesia belum banyak yang menerapkan ekopedagogi, namun konsep itu perlahan mulai populer seiring dengan efek perubahan iklim yang semakin dirasakan umat manusia.

Baca juga: KLHK anugerahkan Adiwiyata untuk sekolah berkomitmen peduli lingkungan
Baca juga: Pemkab Solok beri penghargaan Adiwiyata ke sekolah peduli lingkungan
Menurutnya, pendidikan bisa berkontribusi untuk memberikan pemahaman dan literasi yang lebih kuat kepada generasi penerus.

"Persoalan perubahan iklim menjadi perhatian kita dan bagaimana kita di sektor pendidikan bisa merespon untuk membantu generasi muda memahami hal itu," kata Trina.

Ekopedagogi secara etimologi bersumber dari dua kata, yakni ekologi dan pedagogi. "Ekopedagogi adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menghubungkan antara lingkungan dan masalah sosial," katanya.

Praktisi Ekopedagogi Berto Sitompul mengatakan bahwa pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat mengatasi masalah lingkungan dan pembangunan.

Sejak 1990 hingga sekarang, kata Berto, gerakan ekopedagogi baru terasa di dalam proses sekolah. Selama ini ekopedogogi banyak dibicarakan di lintas akademik, baik di tingkat kampus maupun jurnal-jurnal kita sendiri dan hanya ada dua buku terkait ekopedagogi.

"Pendidikan kita hari ini belum cukup bahwa memandang ekopedagogi itu sangat penting," ucapnya.

Baca juga: 52 sekolah di Kota Cirebon sudah dapat penghargaan Adiwiyata
Baca juga: Disdikpora Kulon Progo kembangkan sekolah peduli lingkungan
Ia menjelaskan, sebagai basis pembangunan berkelanjutan, ekopedagogi menawarkan empat sistem pengajaran.

Pertama, pengajaran tentang lingkungan sosial dan alam melalui penyiapan teks-teks terkait lingkungan hidup bagi anak-anak, sehingga mereka mampu menyingkap isu-isu lingkungan terkini, akar dari isu, serta strategi untuk menanggapi isu baik secara individu maupun kolektif.

Kedua, pengajaran dalam lingkungan sosial dan alam yang menuntun para siswa kepada kesadaran terhadap relasi mereka dengan lingkungan baik sosial maupun alam.

Ketiga, pengajaran melalui lingkungan sosial dan alam yang mengadaptasi tugas-tugas kelas, latihan menulis, kerja kelompok, pengalaman, perjanjian dengan masyarakat untuk menjelmakan pengetahuan ke dalam aksi sosial, keadilan lingkungan, kesejahteraan dan keberlanjutan.

Sistem pengajaran keempat adalah pengajaran tentang saling keterkaitan antarmakhluk yang berkelanjutan.

Baca juga: Sekolah alam Toisapu siapkan generasi peduli lingkungan
Baca juga: Pertamina inisiasi Sekolah Peduli Aliran Sungai di Desa Merbau
Baca juga: KLHK berharap banyak pada sekolah berbudaya lingkungan