Al Gore ajak peduli polusi karbon
23 Oktober 2013 23:43 WIB
ilustrasi Jakarta berkabut Suasana Jakarta yang berkabut di kawasan Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (11/6). Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kondisi demikian bukan disebabkan karena kabut, tapi disebabkan asap emisi gas buang kendaraan bermotor yang terperangkap di bagian bawah atmosfer dan tidak bisa naik ke atas.(ANTARA/Reno Esnir) ()
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, mengajak warga dunia untuk peduli terhadap polusi karbon.
Dalam teleconference melalui Skype selama 10 menit, Gore menjelaskan polusi karbon di dunia menyebabkan sistem alam berada di luar keseimbangan.
"Itu sesuatu yang perlu kita perhatikan karena keseimbangan alam yang ada, terutama di sistem iklim adalah hal kondusif bagi makhluk hidup dan peradaban manusia," kata Gore dalam teleconference yang dilakukan di @america, Pacific Place, Rabu sore.
Dampak polusi karbon yang telah terlihat adalah kenaikan suhu, pencairan es seperti di Greenland dan Arktik, serta naiknya air laut.
Gore menjelaskan pemanasan global juga juga menyebabkan terjadinya suhu ekstrim sehingga menyebabkan badai besar, kebakaran hutan, dan musim kemarau yang kering dan cenderung lebih panjang. Polusi karbon memberikan "harga nyata".Beberapa bencana alam yang terjadi semakin bersifat destruktif.
"Seperti membangun kembali rumah yang rusak akibat badai, relokasi keluarga, kehilangan lahan produktif," tambahnya.
Dari segi kesehatan, penyakit-penyakit seperti yang disebabkan oleh nyamuk dan serangga dapat meningkat akibat suhu bumi yang menghangat.
"Berita bagusnya, kita masih bisa melakukan sesuatu. Kita masih bisa menghindari konsekuensi terburuk harga karbon, put the market price on carbon pollution," katanya.
Setiap kegiatan, bahkan kegiatan manusia berpindah dari satu tempat bila menggunakan kendaraan pun berpengaruh terhadap peningkatan karbon. Gore mengajak turut menghitung karbon dalam pasar. Nilai terhadap karbon menurut Gore dipengaruhi oleh sistem yang dianut oleh suatu negara.
Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Rachmat Witoelar mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada KTT G20 di Pittsburgh pada September 2009 mengajukan upaya pengurangan emisi karbon Indonesia sebesar 26 persen pada 2020.
Farhan Helmy, Sekretaris Kelompok Kerja Mitigasi DNPI menjelaskan perlu ada inovasi terhadap barang-barang yang dikonsumsi pasar. Ia mencontohkan misalnya pencucian sepotong celana jeans dapat menghabiskan 250 liter air. Dengan adanya kebijakan pengurangan emisi karbon dari negara, produsen, misalnya, mendapat peluang untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan, menghabiskan kurang dari 250 liter air, dengan nilai pakai yang relatif lebih lama.
"Kita harus menyadari tiap negara punya cara sendiri mengatasi polusi karbon dan berpengaruh terhadap sistem politik mereka," kata Gore.
Al Gore menjabat sebagai Wakil Presiden AS pada tahun 1993-2001. Ia kini menjadi Ketua Dewan Direksi The Climate Reality Project, organisasi nirlaba yang fokus pada edukasi perubahan iklim dan kampanye perubahan iklim di seluruh dunia.
"24 Hours of Reality: The Cost of Carbon" merupakan acara global live-streaming yang disiarkan ke dunia langsung dari Los Angeles pada 23 Oktober.Jakarta mengadakan acara tersebut di @america Rabu 23 Oktober pukul 16.00-18.30 WIB.(*)
Dalam teleconference melalui Skype selama 10 menit, Gore menjelaskan polusi karbon di dunia menyebabkan sistem alam berada di luar keseimbangan.
"Itu sesuatu yang perlu kita perhatikan karena keseimbangan alam yang ada, terutama di sistem iklim adalah hal kondusif bagi makhluk hidup dan peradaban manusia," kata Gore dalam teleconference yang dilakukan di @america, Pacific Place, Rabu sore.
Dampak polusi karbon yang telah terlihat adalah kenaikan suhu, pencairan es seperti di Greenland dan Arktik, serta naiknya air laut.
Gore menjelaskan pemanasan global juga juga menyebabkan terjadinya suhu ekstrim sehingga menyebabkan badai besar, kebakaran hutan, dan musim kemarau yang kering dan cenderung lebih panjang. Polusi karbon memberikan "harga nyata".Beberapa bencana alam yang terjadi semakin bersifat destruktif.
"Seperti membangun kembali rumah yang rusak akibat badai, relokasi keluarga, kehilangan lahan produktif," tambahnya.
Dari segi kesehatan, penyakit-penyakit seperti yang disebabkan oleh nyamuk dan serangga dapat meningkat akibat suhu bumi yang menghangat.
"Berita bagusnya, kita masih bisa melakukan sesuatu. Kita masih bisa menghindari konsekuensi terburuk harga karbon, put the market price on carbon pollution," katanya.
Setiap kegiatan, bahkan kegiatan manusia berpindah dari satu tempat bila menggunakan kendaraan pun berpengaruh terhadap peningkatan karbon. Gore mengajak turut menghitung karbon dalam pasar. Nilai terhadap karbon menurut Gore dipengaruhi oleh sistem yang dianut oleh suatu negara.
Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Rachmat Witoelar mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada KTT G20 di Pittsburgh pada September 2009 mengajukan upaya pengurangan emisi karbon Indonesia sebesar 26 persen pada 2020.
Farhan Helmy, Sekretaris Kelompok Kerja Mitigasi DNPI menjelaskan perlu ada inovasi terhadap barang-barang yang dikonsumsi pasar. Ia mencontohkan misalnya pencucian sepotong celana jeans dapat menghabiskan 250 liter air. Dengan adanya kebijakan pengurangan emisi karbon dari negara, produsen, misalnya, mendapat peluang untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan, menghabiskan kurang dari 250 liter air, dengan nilai pakai yang relatif lebih lama.
"Kita harus menyadari tiap negara punya cara sendiri mengatasi polusi karbon dan berpengaruh terhadap sistem politik mereka," kata Gore.
Al Gore menjabat sebagai Wakil Presiden AS pada tahun 1993-2001. Ia kini menjadi Ketua Dewan Direksi The Climate Reality Project, organisasi nirlaba yang fokus pada edukasi perubahan iklim dan kampanye perubahan iklim di seluruh dunia.
"24 Hours of Reality: The Cost of Carbon" merupakan acara global live-streaming yang disiarkan ke dunia langsung dari Los Angeles pada 23 Oktober.Jakarta mengadakan acara tersebut di @america Rabu 23 Oktober pukul 16.00-18.30 WIB.(*)
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: