Jakarta (ANTARA News) - Atlet senior paralayang putri Indonesia, Lis Andriana, mempertahankan supremasinya sebagai juara dunia ketepatan mendarat putri 2013, setelah menyelesaikan enam seri kejuaraan di enam negara, yaitu Indonesia, Thailand, Portugal, Serbia, Rumania, dan Malaysia.




"Tahun lalu, gelar itu juga diraih Andriana," kata Ketua Paralayang Indonesia, Djoko Bisowarno, di Jakarta, Rabu.




Superfinal Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (PGAWC) di Malaysia pada 16-18 Oktober tahun ini, kata dia, mengesahkan pengumpulan nilai tertinggi Andriana, sekaligus menjadikan dia terbaik di atas atlet paralayang putri Serbia, Tamara Kostic, dan Nunnapat Puchong (Thailand).




Keberhasilan Andriana itu, membukukan empat tahun berturutan supremasi Indonesia sebagai juara dunia ketepatan mendarat putri. Supremasi ini diraih Ifa Kurniawati pada 2010, Milawati Sirin (2011), dan Lis Andriana (2012-2013).




Pada atlet putra, prestasi Dr Elisa Manueke SpMt, juga menambah harum nama Indonesia, setelah bisa tembus tiga besar dunia di kategori akurasi putra paralayang. Dia berada di bawah Matjas Feraric dari Slovenia dan Goran Durkovic (Serbia).




"Dengan keberhasilan kedua atlet paralayang Indonesia ini, bendera Merah Putih dua kali berkibar pada upacara pengalungan medali pemenang di Superfinal PGAWC Sabah Malaysia 2013 itu," kata Bisowarno.




Prestasi paralayang di Indonesia dimulai sejak Asian Beach Games 2008 Bali, Sea Games 2011 Jakarta, dan World Games 2013 di Columbia. "Kami sedang mempersiapkan atlet untuk mengikuti Asean Beach Game IV 2014 di Thailand," kata dia.




Pada sisi lain, ada hal yang dinilai Ketua Komisi Prestasi Luar Negeri Paralayang Indonesia, Wahyu Yudha, "Atlet-atlet Indonesia yang mengikuti seri kejuaraan dunia ini dilakukan secara mandiri. Sudah saatnya potensi ini digarap secara lebih serius oleh negara dan pemerintah."




Secara internal, Paralayang Indonesia memberi penyambutan khusus kepada kedua juara dunia 2013 ini di Pantai Timbis, Bali.




"Pantai Timbis, Nusa Dua, ini cikal bakal prestasi internasional paralayang Indonesia. Di sinilah dicapai sumbangan tujuh emas paralayang dari 23 emas kontingen Indonesia pada Asian Beach Games 2008," kata Bisowarno.




Akan tetapi, pada sisi lain, Pantai Timbis dengan tebing tingginya, arah serta kecepatan anginnya yang stabil sepanjang waktu mulai berubah wajah dengan pembangunan banyak properti, villa, resort, dan lain sebagainya.




"Jika pembangunan itu tidak berpihak kepada olahraga paralayang, bisa diperkirakan Pantai Timbis sebagai situs peluncuran terbang paling indah paralayang yang ditahbiskan para penerbang paralayang sedunia, hanya tinggal kenangan," kata Bisowarno.