Artikel
Toleransi beragama "Warung Kasih" saat Ramadhan di Jember
Oleh Zumrotun Solichah
19 Maret 2024 10:58 WIB
Sejumlah warga antre untuk mendapatkan menu berbuka puasa dengan harga Rp3 ribu di Warung Kasih di Jalan Kartini Jember, Senin (18/3/2024) (ANTARA/Zumrotun Solichah)
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Setiap memasuki bulan suci Ramadhan, ada pemandangan yang berbeda di klinik kesehatan Panti Siwi di Jalan Kartini. Kabupaten Jember, Jawa Timur, karena ada warung dadakan yang digagas oleh Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Jember.
Klinik Panti Siwi yang biasanya sepi pada sore hari, pada momentum Ramadhan justru ramai dipadati warga kurang mampu untuk mendapatkan menu buka puasa yang sangat terjangkau, yakni Rp3.000 untuk seporsi nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauknya, ditambah air mineral atau teh hangat.
Setiap tahun, warga non-Muslim itu selalu membuka warung kasih pada saat umat Muslim menjalani ibadah puasa. Rutinitas itu dilakukan sejak tahun 2009 hingga sekarang, atau sudah berjalan selama 25 tahun pada bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah.
Ketua WKRI Jember Lucia Fransisca Elly Krisnaningsih kepada ANTARA bercerita bahwa ide untuk membuka warung murah pada saat Ramadhan berawal dari obrolan seorang tukang becak yang mengantar umat Katolik ke gereja saat menjelang magrib, ketika itu bulan Ramadhan.
Puluhan tahun lalu masih belum ada kendaraan online seperti saat ini, sehingga banyak jemaat Gereja Santo Yusup yang naik becak dari rumah menuju ke gereja pulang pergi dan saat Ramadhan seringkali jemaat bertanya kepada abang becak yang mengantarnya, apakah sudah berbuka puasa.
Kerapkali tukang becak tersebut mengaku belum sempat buka puasa di rumah karena masih mengais rezeki menjelang magrib dan biasanya hanya membeli minum saja untuk berbuka, sehingga hal tersebut membuat rasa haru para senior WKRI pada saat itu.
Bahkan pada awal didirikan tahun 2009, warung itu melayani masyarakat yang berbuka puasa di sana secara gratis dan tidak memungut uang dari umat Muslim yang makan di warung kasih, namun jumlah porsi yang disediakan juga tidak terlalu banyak, hanya sekitar 25 piring.
Waktu ada warga yang enggan diberi secara cuma-cuma dengan berbagai alasan, sehingga kemudian diputuskan dijual. Untuk seporsi makanan dan teh hangat pada pertama kalinya dibandrol dengan harga Rp500.
Warung kasih menyediakan makanan lengkap dengan sayur dan lauk pauk ditambah minuman segelas teh hangat untuk berbuka puasa bagi umat Muslim, khususnya orang-orang berpenghasilan rendah yang ada di sekitar gereja dan Alun-Alun Jember.
Dari waktu ke waktu kegiatan warung kasih tetap konsisten untuk mewujudkan toleransi beragama selama Ramadhan di Kabupaten Jember, bahkan tidak jarang para donatur berdatangan tidak hanya berasal dari jemaat Gereja Santo Yusup, namun gereja lainnya.
Antusias masyarakat ternyata cukup tinggi dengan warung yang menyediakan menu buka puasa dan minumya dengan harga terjangkau, bahkan selalu kehabisan dan perlahan-lahan jumlah seporsi nasi yang disediakan bertambah hingga kini mencapai sekitar 200-300 piring dan selalu habis setiap harinya.
Ketua WKRI Cabang Kartini Jember yang akrab dipanggil Elly itu mengatakan harga seporsi nasi dan minum perlahan lahan juga menyesuaikan kenaikan harga bahan makanan yang awalnya pada tahun 2009 mulai dari Rp500, kemudian Rp1.000, Rp1.500 hingga tahun ini dibandrol dengan harga Rp3.000.
Selama Ramadhan, warung kasih yang berada di Panti Siwi itu buka setiap hari Senin hingga Kamis pukul 16.00 WIB hingga menjelang azan magrib karena pada hari Jumat hingga Minggu, umat Kristiani tersebut ada kegiatan dan ibadah di gereja.
Pada saat pandemi COVID-19, warung tersebut tetap buka melayani umat Muslim berbuka puasa, namun berupa nasi dibungkus dan tidak makan di tempat untuk menghindari kerumunan, karena saat itu masih ada ketentuan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jember.
Hingga kini para donatur juga berdatangan untuk memberikan sumbangan, baik berupa uang maupun barang, agar eksistensi warung kasih tetap berjalan di tengah naiknya harga beberapa kebutuhan pokok.
Ketulusan komunitas wanita Katolik untuk berbagi kasih sekaligus menjaga kerukunan beragama dengan menjunjung toleransi menjadi kunci bertahannya warung kasih hingga 25 tahun dan diharapkan warung itu terus bertahan dari tahun ke tahun, generasi ke generasi, sesuai perintah Tuhan untuk berbagi kasih.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris WKRI Cabang Kartini Jember Valleria Grossitudinis Castitas bahwa pihaknya juga mengundang berbagai komunitas untuk hadir dalam acara pembukaan warung kasih pada Ramadhan 1445 Hijriah, seperti Forum Komunikasi Umat Beragama, Forum Lintas Agama, dan RT/RW setempat.
Diharapkan keberadaan warung berbagi kasih dari Gereja Katolik untuk umat Islam yang menjalankan ibadah puasa terus berjalan. Diharapkan pihak lain juga terlibat ikut menjaga toleransi umat beragama di Kabupaten Jember, seperti juga yang dilakukan oleh Warung Berkah yang dinisiasi oleh WKRI Cabang Sempursari.
Grossi, sapaan Sekretaris WKRI Cabang Kartini Jember, itu mengatakan seporsi menu buka puasa itu memang tidak dibagi-bagikan secara gratis untuk menghindari adanya isu negatif yang sempat muncul, beberapa waktu lalu, tentang kegiatan warung kasih itu dan menunya selalu berbeda setiap hari.
Bahkan pihaknya juga pernah memberikan edukasi kepada warga yang hendak membeli dalam jumlah puluhan porsi, namun tidak diperkenankan karena pihak WKRI khawatir pembelian dalam jumlah banyak akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
WKRI juga terus membangun kepercayaan dengan para donatur agar donasi yang diberikan bisa disalurkan tepat sasaran untuk berbagi kasih pada momentum bulan Ramadhan dan tidak menutup kemungkinan para donatur datang tidak hanya dari umat Kristiani saja.
Wujudkan toleransi
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jember Abdul Muis Sonhaji mengapresiasi kegiatan tersebut menjadi inspirasi bagi yang lain dalam hal menjaga toleransi umat beragama dan mewujudkan masyarakat yang toleran.
Secara konsisten komunitas wanita Katolik menyediakan menu buka puasa dengan harga sangat murah selama 25 tahun menjadi bukti bahwa masyarakat Jember sangat toleran karena sejatinya semua orang ingin hidup damai dengan sesamanya.
Komitmen umat beragama untuk membangun kebersamaan, toleransi dan kerukunan harus tetap dijaga sampai kapanpun agar kehidupan bangsa Indonesia selalu damai.
Apresiasi terhadap warung kasih juga disampaikan Bupati Jember Hendy Siswanto yang mengaku sangat terharu dengan apa yang dilakukan Umat Katolik Jember yang sudah 25 tahun menyediakan menu buka puasa dengan harga yang sangat murah kepada umat Islam selama Ramadhan.
Menurutnya umat Katolik menunjukkan sikap yang istimewa dengan menjunjung toleransi beragama dan memikirkan kebutuhan umat Islam yang menjalankan ibadah puasa di tengah harga sejumlah kebutuhan pokok merangkak naik.
Dengan menjual paket menu buka puasa sebesar Rp3.000 tentu sangat membantu umat Islam yang kurang mampu ketika akan berbuka puasa, sehingga kegiatan menjaga toleransi beragama seperti itu menjadikan Jember semakin keren.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember berharap kegiatan warung kasih dapat menjadi contoh bagi yang lain untuk terus mengembangkan sikap toleran di Kota Pandalungan karena wes wayahe (sudah waktunya) Jember keren dengan toleransi beragama.
Toleransi bukanlah soal mayoritas-minoritas dan tidak boleh mencampuradukkan akidah. Toleransi juga bukan soal membenarkan keyakinan yang berbeda-beda, namun toleransi merupakan keberanian untuk menghormati dan menghargai perbedaan di antara kita, agar hidup tetap rukun dan damai.
Klinik Panti Siwi yang biasanya sepi pada sore hari, pada momentum Ramadhan justru ramai dipadati warga kurang mampu untuk mendapatkan menu buka puasa yang sangat terjangkau, yakni Rp3.000 untuk seporsi nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauknya, ditambah air mineral atau teh hangat.
Setiap tahun, warga non-Muslim itu selalu membuka warung kasih pada saat umat Muslim menjalani ibadah puasa. Rutinitas itu dilakukan sejak tahun 2009 hingga sekarang, atau sudah berjalan selama 25 tahun pada bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah.
Ketua WKRI Jember Lucia Fransisca Elly Krisnaningsih kepada ANTARA bercerita bahwa ide untuk membuka warung murah pada saat Ramadhan berawal dari obrolan seorang tukang becak yang mengantar umat Katolik ke gereja saat menjelang magrib, ketika itu bulan Ramadhan.
Puluhan tahun lalu masih belum ada kendaraan online seperti saat ini, sehingga banyak jemaat Gereja Santo Yusup yang naik becak dari rumah menuju ke gereja pulang pergi dan saat Ramadhan seringkali jemaat bertanya kepada abang becak yang mengantarnya, apakah sudah berbuka puasa.
Kerapkali tukang becak tersebut mengaku belum sempat buka puasa di rumah karena masih mengais rezeki menjelang magrib dan biasanya hanya membeli minum saja untuk berbuka, sehingga hal tersebut membuat rasa haru para senior WKRI pada saat itu.
Bahkan pada awal didirikan tahun 2009, warung itu melayani masyarakat yang berbuka puasa di sana secara gratis dan tidak memungut uang dari umat Muslim yang makan di warung kasih, namun jumlah porsi yang disediakan juga tidak terlalu banyak, hanya sekitar 25 piring.
Waktu ada warga yang enggan diberi secara cuma-cuma dengan berbagai alasan, sehingga kemudian diputuskan dijual. Untuk seporsi makanan dan teh hangat pada pertama kalinya dibandrol dengan harga Rp500.
Warung kasih menyediakan makanan lengkap dengan sayur dan lauk pauk ditambah minuman segelas teh hangat untuk berbuka puasa bagi umat Muslim, khususnya orang-orang berpenghasilan rendah yang ada di sekitar gereja dan Alun-Alun Jember.
Dari waktu ke waktu kegiatan warung kasih tetap konsisten untuk mewujudkan toleransi beragama selama Ramadhan di Kabupaten Jember, bahkan tidak jarang para donatur berdatangan tidak hanya berasal dari jemaat Gereja Santo Yusup, namun gereja lainnya.
Antusias masyarakat ternyata cukup tinggi dengan warung yang menyediakan menu buka puasa dan minumya dengan harga terjangkau, bahkan selalu kehabisan dan perlahan-lahan jumlah seporsi nasi yang disediakan bertambah hingga kini mencapai sekitar 200-300 piring dan selalu habis setiap harinya.
Ketua WKRI Cabang Kartini Jember yang akrab dipanggil Elly itu mengatakan harga seporsi nasi dan minum perlahan lahan juga menyesuaikan kenaikan harga bahan makanan yang awalnya pada tahun 2009 mulai dari Rp500, kemudian Rp1.000, Rp1.500 hingga tahun ini dibandrol dengan harga Rp3.000.
Selama Ramadhan, warung kasih yang berada di Panti Siwi itu buka setiap hari Senin hingga Kamis pukul 16.00 WIB hingga menjelang azan magrib karena pada hari Jumat hingga Minggu, umat Kristiani tersebut ada kegiatan dan ibadah di gereja.
Pada saat pandemi COVID-19, warung tersebut tetap buka melayani umat Muslim berbuka puasa, namun berupa nasi dibungkus dan tidak makan di tempat untuk menghindari kerumunan, karena saat itu masih ada ketentuan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jember.
Hingga kini para donatur juga berdatangan untuk memberikan sumbangan, baik berupa uang maupun barang, agar eksistensi warung kasih tetap berjalan di tengah naiknya harga beberapa kebutuhan pokok.
Ketulusan komunitas wanita Katolik untuk berbagi kasih sekaligus menjaga kerukunan beragama dengan menjunjung toleransi menjadi kunci bertahannya warung kasih hingga 25 tahun dan diharapkan warung itu terus bertahan dari tahun ke tahun, generasi ke generasi, sesuai perintah Tuhan untuk berbagi kasih.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris WKRI Cabang Kartini Jember Valleria Grossitudinis Castitas bahwa pihaknya juga mengundang berbagai komunitas untuk hadir dalam acara pembukaan warung kasih pada Ramadhan 1445 Hijriah, seperti Forum Komunikasi Umat Beragama, Forum Lintas Agama, dan RT/RW setempat.
Diharapkan keberadaan warung berbagi kasih dari Gereja Katolik untuk umat Islam yang menjalankan ibadah puasa terus berjalan. Diharapkan pihak lain juga terlibat ikut menjaga toleransi umat beragama di Kabupaten Jember, seperti juga yang dilakukan oleh Warung Berkah yang dinisiasi oleh WKRI Cabang Sempursari.
Grossi, sapaan Sekretaris WKRI Cabang Kartini Jember, itu mengatakan seporsi menu buka puasa itu memang tidak dibagi-bagikan secara gratis untuk menghindari adanya isu negatif yang sempat muncul, beberapa waktu lalu, tentang kegiatan warung kasih itu dan menunya selalu berbeda setiap hari.
Bahkan pihaknya juga pernah memberikan edukasi kepada warga yang hendak membeli dalam jumlah puluhan porsi, namun tidak diperkenankan karena pihak WKRI khawatir pembelian dalam jumlah banyak akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
WKRI juga terus membangun kepercayaan dengan para donatur agar donasi yang diberikan bisa disalurkan tepat sasaran untuk berbagi kasih pada momentum bulan Ramadhan dan tidak menutup kemungkinan para donatur datang tidak hanya dari umat Kristiani saja.
Wujudkan toleransi
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Jember Abdul Muis Sonhaji mengapresiasi kegiatan tersebut menjadi inspirasi bagi yang lain dalam hal menjaga toleransi umat beragama dan mewujudkan masyarakat yang toleran.
Secara konsisten komunitas wanita Katolik menyediakan menu buka puasa dengan harga sangat murah selama 25 tahun menjadi bukti bahwa masyarakat Jember sangat toleran karena sejatinya semua orang ingin hidup damai dengan sesamanya.
Komitmen umat beragama untuk membangun kebersamaan, toleransi dan kerukunan harus tetap dijaga sampai kapanpun agar kehidupan bangsa Indonesia selalu damai.
Apresiasi terhadap warung kasih juga disampaikan Bupati Jember Hendy Siswanto yang mengaku sangat terharu dengan apa yang dilakukan Umat Katolik Jember yang sudah 25 tahun menyediakan menu buka puasa dengan harga yang sangat murah kepada umat Islam selama Ramadhan.
Menurutnya umat Katolik menunjukkan sikap yang istimewa dengan menjunjung toleransi beragama dan memikirkan kebutuhan umat Islam yang menjalankan ibadah puasa di tengah harga sejumlah kebutuhan pokok merangkak naik.
Dengan menjual paket menu buka puasa sebesar Rp3.000 tentu sangat membantu umat Islam yang kurang mampu ketika akan berbuka puasa, sehingga kegiatan menjaga toleransi beragama seperti itu menjadikan Jember semakin keren.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember berharap kegiatan warung kasih dapat menjadi contoh bagi yang lain untuk terus mengembangkan sikap toleran di Kota Pandalungan karena wes wayahe (sudah waktunya) Jember keren dengan toleransi beragama.
Toleransi bukanlah soal mayoritas-minoritas dan tidak boleh mencampuradukkan akidah. Toleransi juga bukan soal membenarkan keyakinan yang berbeda-beda, namun toleransi merupakan keberanian untuk menghormati dan menghargai perbedaan di antara kita, agar hidup tetap rukun dan damai.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024
Tags: