Yogyakarta (ANTARA News) - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan tradisi pernikahan agung Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat perlu dilestarikan sebagai bagian kekayaan budaya.

"Saya melihat tradisi ini perlu terus dilanggengkan," kata Anies seusai menghadiri undangan upacara panggih atau temu manten Puteri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dengan KPH Notonegoro di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Anies, upaya pelestarian tradisi di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kini terus menerus dikemas dengan ekspresi yang telah menyesuaikan dengan kehidupan modern.

"Semua ini (prosesi pernikahan) merupakan kemasan budaya dalam ekspresi kekinian. Saya orang Yogyakarta merasa bangga Sultan kita merayakan pernikahan puterinya dengan tradisi yang sangat mulia sekali," katanya.

Anies menilai kedua mempelai seusai menjalani prosesi pernikahan akan membawa beban yang agung. Pasangan mempelai harus menjaga nama baik sebagai putera dan puteri Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Mereka harus terus menjaga nama baik keraton. Dan saya rasa beban itu akan mereka tunaikan dengan baik," katanya.

Anies berharap suasana sakral dalam setiap prosesi yang dilakukan dalam pernikahan agung tersebut menggambarkan kemuliaan perjalanan hidup kedua mempelai kedepan.

"Suasana sakral ini mudah-mudahan menggambarkan perjalanan hidup mereka yang mulia," katanya.

Upacara panggih dilakukan setelah kedua mempelai, GKR Hayu dan KPH Notonegoro telah melakukan prosesi akad nikah pada Selasa pagi, sehingga resmi menjadi pasangan suami istri.

Dalam rangkaian acara pernikahan agung keraton Yogyakarta itu juga dihadiri Presiden dan Wakil Presiden bersama jajaran menteri, DPR, MPR, DPD RI serta ratusan tamu undangan VIP lainnya.(*)