Jakarta (ANTARA News) - Politikus Partai Demokrat Jafar Hafsah mengatakan munculnya isu penculikan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Profesor Subur Budhisantoso oleh Badan Intelijen Negara (BIN) disebabkan oleh kesalahpahaman dan tidak ada maksud politik.

"Sebenarnya isu penculikan ini hanya persoalan kesalahpahaman saja karena Prof Subur ditunggu sebagai pembicara di seminar PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia), namun beliau ada urusan ke BIN (Badan Intelijen Negara). Lalu M Rahmat menyampaikan bahwa Prof Subur tidak bisa menghadiri seminar PPI karena ada di BIN," kata Jafar saat ditemui di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, Senin.

Menurut Jafar, isu penculikan Prof Subur itu bermula dari kesalahan dalam berkomunikasi antara mantan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut dengan pihak PPI yang sedang mengadakan seminar dan mengundang Prof Subur sebagai pembicara.

"Jadi ini hanya masalah `missed communication` saja. Kesalahan aspek teknis, di mana nara sumber (Prof Subur) tidak bisa hadir karena sedang ada urusan di BIN. Itulah sebabnya beliau (Subur) tidak menghadiri seminar yang diadakan PPI," ujarnya.

Ia juga mengatakan peristiwa itu sudah diklarifikasi oleh Prof Subur Budhisantoso bahwa dirinya tidak dijemput oleh BIN, tetapi Subur pergi ke BIN bersama seorang temannya dari Aceh karena ada keperluan di BIN.

"Karena ada urusan maka beliau kesana (BIN). Pak Subur juga sudah minta maaf kalau isu itu jadi merepotkan BIN," kata dia.

"Dan itu bisa saja, setiap orang bisa ke kantor polisi tanpa harus mempunyai urusan terkait fungsi kantor itu. Misalnya, orang bisa saja ke DPR tanpa bertujuan melakukan rapat kerja," lanjutnya.

Ketika ditanya bahwa hal itu merupakan cara PPI untuk mencari "panggung politik", Jafar tidak menganggap masalah isu penculikan Prof Subur oleh BIN itu bernuansa politis.

"PPI kan bukan partai politik. Dia kan hanya organisasi yang sedang melakukan seminar biasa," kata Jafar.

Terkait tanggapan Presiden terhadap isu penculikan Prof Subur, Jafar mengatakan reaksi Presiden sudah tepat dan tidak bersifat berlebihan.

"Pak SBY hanya meminta agar masalah isu Prof Subur diculik oleh BIN segera diklarifikasi. Presiden hanya bertanya kepada BIN apa benar Subur dijemput dan ditangkap, lalu Kepala BIN menjawab tidak ada jadwal dengan Pak Subur," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala BIN Letjen TNI Marciano telah membantah pemberitaan yang menyebutkan BIN menjemput paksa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Prof Subur.

"Saya sudah berkomunikasi dengan Prof Subur via telepon seluler. Beliau dalam kondisi baik dan sedang berada di Pontianak dalam acara kader," kata Marciano dalam acara jumpa pers kemarin.