Jakarta (ANTARA News) - Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) mengatakan kebutuhan uang kartal masih tetap tinggi meskipun tren penggunaan uang elektronik (e-money) dalam "cash less society" (masyarakat tanpa yang tunai) semakin gencar.

"Kebutuhan uang kartal (kertas dan logam) masih tetap besar, karena populasi masyarakat yang menggunakan uang tunai untuk bertransaksi jumlahnya masih tinggi," kata Direktur Utama Perum Peruri Prasetio, usai membuka Konferensi Percetakan Uang dan Bank Sentral wilayah Semenanjung Pasifik 2013 (The XX Pacific Rim Banknote Printer`s Conference/PRBPC), di Jakarta, Senin.

Pada konferensi itu, Peruri menjadi tuan rumah PRBPC yang digelar di Jakarta dan Bali pada 20-26 Oktober 2013.

Menurut Prasetio, secara absolut penggunaan uang tunai mengalami penurunan, akan tetapi belum signifikan karena pengguna e-money masih pada level menengah ke atas yang umumnya tinggal di kota-kota besar.

"Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, dan masyarakat pada umumnya dalam melakukan transaksi masih menggunakan uang tunai," katanya.

Untuk itu, Peruri sebagai perusahaan milik negara yang ditugasi pemerintah mencetak uang berupaya meningkatkan kapasitas dan kualitas cetakan uang dan termasuk surat-surat berharga.

"Pada tahun 2014, Bank Indonesia akan memesan pencetakan uang kepada Peruri sekitar 6 miliar bilyet, meningkat dibanding tahun 2013 yang diperkirakan mencapai 5,3 miliar bilyet," katanya.

Untuk itu, Peruri meningkatkan kapasitas pencetakan uang dan surat berharga dengan mendatangkan mesin baru sebanyak dua unit pada tahun 2014.

"Satu unit didatangkan pada awal 2014, dan satu unit lagi sebelum akhir tahun 2014, dengan total investasi berkisar Rp1 triliun," ujarnya.

Dengan demikian tambahnya, bisnis pencetakan uang peruri menjadi 9 lini hingga akhir 2014.

Kontribusi terbesar terhadap pendapatan Peruri adalah pencetakan uang yang yang mencapai 70 persen.

Selebihnya diperoleh dari pencetakan surat berharga seperti paspor, perangko dan materai, surat tanah, dan pita cukai.