Pada awal perdagangan Kamis pagi, rupiah dibuka turun 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.580 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.575 per dolar AS.
"Indeks dolar AS terlihat menguat pagi ini yang berarti nilai tukar utama dunia sedang melemah terhadap dolar AS. Ini mengindikasikan pasar masih berhati-hati terhadap prospek pemangkasan suku bunga acuan AS ke depan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Menurut Ariston, rupiah mungkin bisa mendapatkan tekanan dari dolar AS hari ini karena sentimen tersebut.
Pelaku pasar menantikan data inflasi produsen (PPI) AS Februari 2024 malam ini yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut soal kebijakan pemangkasan suku bunga AS.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (12/3) bahwa Consumer Price Index (CPI) di bulan Februari mengalami peningkatan 0,4 persen dan 3,2 persen dari tahun lalu. Kenaikan bulanan sesuai ekspektasi, tetapi secara tahunan sedikit di atas perkiraan, yakni 3,1 persen.
Hal itu bisa mengindikasikan pelaku pasar mungkin mulai mengambil posisi di aset berisiko untuk bersiap mengambil peluang penerapan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS ke depan. Kondisi tersebut mungkin dapat menahan pelemahan rupiah hari ini.