Semarang (ANTARA) - Efek ekor jas (coattail effect) pada pesta demokrasi terakbar sepanjang sejarah kepemiluan di Tanah Air begitu berpengaruh pada perolehan suara kontestan, baik sang tokoh itu terlibat langsung maupun tidak langsung selama masa kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Dalam konteks politik elektoral nasional, istilah efek ekor jas tidaklah asing. Dikutip dari laman MPR RI, definisi coattail effect menurut Golder, Hicker, dan Stoll adalah korelasi dari efek pemilihan presiden atas konfigurasi suara dalam parlemen.

Namun, banyak juga yang memaknainya secara lebih luas sebagai efek ikutan dari seorang tokoh atau figur yang memberikan limpahan insentif elektoral kepada kontestan pemilu lainnya, terutama dalam satu partai politik (sumber: laman MPR RI).

Seperti diketahui bahwa Pemilu 2024 diikuti 18 partai politik nasional, yakni (sesuai dengan nomor urut) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Buruh, dan Partai Gelora Indonesia.

Berikutnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Hanura, Partai Garuda, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Ummat.

Selain itu, terdapat enam partai politik lokal sebagai peserta yakni Partai Nanggroe Aceh, Partai Generasi Atjeh Beusaboh Tha'at dan Taqwa, Partai Darul Aceh, Partai Aceh, Partai Adil Sejahtera Aceh, dan Partai Soliditas Independen Rakyat Aceh.

Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 terdiri atas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.

Seturut Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022, rekapitulasi suara nasional Pemilu 2024 dijadwalkan berlangsung mulai 15 Februari sampai dengan 20 Maret 2024.

Di tengah Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyelenggarakan Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Tingkat Nasional Pemilu 2024 di Jakarta, sejumlah pihak lantas mengaitkan coattail effect perolehan suara partai politik di masing-masing daerah pemilihan (dapil).

Sepuluh dapil di Jawa Tengah memang menjadi sorotan karena merupakan salah satu barometer utama "pertarungan" politik nasional. PDI Perjuangan yang mengusung pasangan Ganjar-Mahfud sangat berharap provinsi ini mendongkrak perolehan suara pilpres.

Demikian pula pasangan Prabowo-Gibran karena faktor Presiden RI Jokowi dan Gibran yang berasal dari Solo. Sementara itu, Anies-Muhaimin (AMIN) berharap didukung penuh warga nahdhiyin dan PKS. Bagaimana hasil Pemilu Anggota DPR RI di Jateng?

Meski perhelatan rekapitulasi penghitungan suara di KPU RI untuk dapil di provinsi ini masih berlangsung, Indoriset Strategis mengaitkan perolehan suara parpol sebagai pengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu.

Lembaga riset itu menyatakan bahwa partai pengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berpeluang memenangi pertarungan pada Pemilu Anggota DPR RI di 10 dapil se-Jawa Tengah setelah pihaknya melihat rekapitulasi suara hasil penghitungan nasional.

Pada pemilu anggota legislatif (pileg) tahun ini, kata Direktur lembaga riset itu, Widi Nugroho, M.A.P., enam kursi DPR RI berpeluang didapatkan dari lima partai pengusung pasangan Prabowo-Gibran.

Tambahan kursi DPR RI tersebut berasal dari Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan Partai Golkar masing-masing satu kursi, serta PAN dua kursi. Satu kursi lagi dari PSI asalkan partai politik ini lolos parliamentary threshold (ambang batas parlemen) 4 persen dari suara sah tingkat nasional.

Sementara itu, kursi partai politik pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud Md. malah berpotensi berkurang lima kursi, yaitu PDI Perjuangan turun tiga kursi dan PPP berkurang dua kursi.

Anomali justru dari partai pendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Partai NasDem dan PKS naik dengan menambah masing-masing dua kursi, sedangkan PKB justru berpeluang kehilangan tiga kursi dari hasil Pemilu 2019.

Pemenangan secara elektoral berbasis gotong royong atau komandante stelsel yang dipakai PDI Perjuangan dinilai cukup berhasil untuk amankan suara partai hasil Pemilu 2019. Namun, partai pengusung Prabowo-Gibran secara merata suara juga naik sehingga bilangan pembagi sistem sainte lague merata.

Daerah Pemilih Jawa Tengah IV (Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Wonogiri), misalnya, PDI Perjuangan pada Pemilu 2019 mendapatkan 698.000 suara berpeluang naik menjadi 707.000 suara pada Pemilu 2024. Namun, jumlah kursi turun dari empat menjadi tiga kursi. Hal yang sama juga terjadi di Dapil Jateng IX (Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal) dengan jumlah kursi DPR RI sama tiga kursi.

Segmen pemilih Ganjar sebagai mantan Gubernur Jateng benar-benar dioptimalkan oleh PDI Perjuangan untuk menambah ceruk suara partai. Sementara itu, PPP tidak secara jelas menawarkan calon dalam Pilpres 2024 yang terdampak kehilangan kursi.

Profil Mahfud sebagai cawapres representatif NU, menurut Widi, tidak terlalu mengangkat suara PPP. Potret ini terlihat di Dapil Jateng VI (Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang), suara PPP turun dari 169.000 suara menjadi 137.000 suara. Partai ini harus rela kursi DPR RI diambil Partai NasDem.

Partai Golkar pada masa kampanye tidak terlalu terlihat masif justru mendapatkan tambahan dua kursi. Partai berlambang pohon beringin ini tampaknya tahu betul titik optimal suara dengan dukungan kader di Kabupaten Pekalongan dan Batang yang merupakan daerah kuning.

Selain itu, juga suara Nusron Wahid di Dapil Jateng II (Demak, Jepara, dan Kudus). Namun, sayang Partai Golkar berpotensi kehilangan satu kursi di Dapil Jateng VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas).

Kondisi anomali justru terjadi pada PKS dan Partai NasDem. PKS di Jawa Tengah memanfaatkan benar profil Anies Baswedan untuk mendapatkan segmen pemilih pilpres ke partai berlambang bulan sabit ini.

Dari awal memang terlihat seluruh atribut PKS "tandem" dengan foto AMIN spesifik Anies. Partai NasDem memilik strategi yang berbeda. Mereka memanfaatkan benar profil Yoyok Riyo Sudibyo (Bupati Batang periode 2012—2017) dan Nafa Indria Urbach (artis) untuk mendulang suara partai.

Di Dapil Jateng VI (Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang) Nafa Urbach mendapatkan suara 67.000 suara yang berkompetisi ketat dengan mantan Bupati Purworejo Agus Bastian dan Beny Heru Cahyono.

Indoriset Strategis mencatat sejumlah nama baru yang berpeluang menjadi anggota DPR RI di 10 dapil Jawa Tengah, yakni Dian Pikatan Orissa Putri Hapsari (putri Ketua DPR RI Puan Maharani) dan Samuel Wattimena, keduanya dari PDI Perjuangan.

Pendatang baru dari Partai NasDem terdapat nama Nafa Urbach dan Yoyok Riyo Sudibyo. Sementara itu, dari PKS tercatat Muh Haris (mantan Wakil Wali Kota Salatiga) dan Rizal Bawazier.

Caleg yang berpeluang terpilih dari partai politik lainnya, Partai Golkar terdapat dua nama, yakni Juliyatmono (mantan Bupati Karanganyar) dan Jamaludin Malik "Ultramen".

Sriyanto Saputro (anggota DPRD Provinsi Jateng dari Gerindra), Muhammad Hatta (PAN), Rinto Subekti (Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Tengah), dan Cynthia Reza dari PSI jika partainya lolos ambang batas parlemen.