Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperkuat riset dan inovasi untuk memberikan solusi mengatasi dampak perubahan iklim yang memicu krisis air di berbagai wilayah.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan pihaknya berperan dalam beragam bentuk riset dan inovasi mulai dari hulu sampai hilir dengan berbagai pengembangan teknologi.

"Kami memperjuangkan untuk menjadi host World Water Forum di Indonesia, salah satunya ingin melakukan sharing dan membagikan berbagai program-program yang sudah ada dan sukses untuk dilaksanakan di Indonesia," ujarnya dalam Forum Merdeka Barat yang dipantau di Jakarta, Rabu

Mego menuturkan BRIN telah melakukan kolaborasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) dalam memanen air hujan di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).

Periset BRIN juga telah menghasilkan inovasi Arsinum Mobile yakni teknologi tiga penyaringan + UV berkapasitas 5.000 liter air siap minum dari bahan baku air sumur/banjir/sungai, dan lain-lain, menjadi air bersih yang digunakan untuk melayani daerah bencana.

Baca juga: BRIN beri solusi atasi krisis air melalui permanen air hujan
BRIN juga menghasilkan Airsinum Statis yang melayani air siap minum kantor, asrama, pesantren, dan lain-lain.

"Kami mendorong upaya pengembangan inovasi penangkap embun kabut, proyek pemompaan air bawah tanah di Gunung Kidul, dan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang merupakan intervensi proses pertumbuhan awan untuk menambah atau mempercepat curah hujan dengan penyemaian garam di udara," kata Mego.

Tak hanya itu, lanjutnya, BRIN juga melakukan efisiensi pemanfaatan air dengan integrated smart agriculture, pemetaan sumber air tanah dengan geolistrik, serta monitoring air tanah spatio temporal menggunakan data satelit dan ANN (Artificial Neural Network).

Saat ini, kata dia, riset Metal Organic Framework (MOF) untuk menangkap uap air sedang dikembangkan untuk menjadi salah satu solusi mengatasi krisis air di masa depan.

"Beberapa negara maju telah menangkap kabut untuk dijadikan sumber air. Indonesia memiliki banyak sekali kabut, terutama daerah-daerah dataran tinggi dan kita bisa mendapatkan air dari situ (kabut)," ujar Mego.

Baca juga: BRIN: Pengembang kota satelit baru harus pikirkan pengolahan sanitasi
Baca juga: BRIN: Spesies air paling berisiko punah akibat perubahan iklim
Baca juga: BRIN paparkan dampak buruk pengambilan air tanah berlebihan