Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, lembaga riset ekonomi energi, Komaidi Notonegoro menilai industri kilang migas sampai saat ini masih memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia.

"Keberadaan kilang migas telah menjadi katalis pertumbuhan ekonomi karena pemerintah dapat memberlakukan kebijakan harga BBM murah (bersubsidi)," kata Komaidi di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan data di Reforminer Institute, lanjut dia, industri kilang migas memiliki keterkaitan dengan 93 sektor ekonomi pendukung sebagai pemasok input dan dengan 183 sektor ekonomi pengguna yang menggunakan produksi dari industri kilang.

Baca juga: PT KPI olah minyak mentah 340 juta barel selama 2023

Komaidi memaparkan bahwa dari analisis model input-output (IO), industri kilang memiliki total nilai multiplier effect ekonomi dari keterkaitan dengan sektor pendukung dan penggunanya sebesar 9,16.

"Artinya, jika terdapat tambahan investasi sebesar Rp1 triliun pada industri kilang, total manfaat ekonomi yang berpotensi dapat tercipta dalam seluruh struktur perekonomian Indonesia adalah sekitar Rp9,16 triliun," ujar Komaidi.

Terkait dengan program hilirisasi migas yang akan dilaksanakan pada 2025-2040, ia berpendapat hilirisasi dan prospek bisnis industri kilang migas diproyeksikan masih akan cukup baik dan besar. Hal itu terkait dengan kondisi bahwa saat ini sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia dan 32 persen kebutuhan BBM Indonesia, masih harus dipenuhi dari impor.

"Hilirisasi migas diproyeksikan akan menghemat penggunaan devisa impor sekitar 73,30 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.134 triliun. Ini berpotensi memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor moneter Indonesia dan stabilitas nilai tukar rupiah," katanya.

Baca juga: Pengamat apresiasi capaian eksplorasi PHE lampaui target

Menurut Komaidi, hilirisasi migas juga berpotensi memberikan manfaat positif terhadap kinerja keuangan Pertamina dan keuangan negara. Pendapatan segmen kilang dan petrokimia Pertamina pada tahun 2022 dilaporkan sekitar Rp572 triliun. Kontribusi segmen kilang dan petrokimia Pertamina terhadap penerimaan negara melalui pembayaran pajak pada tahun 2022 mencapai Rp49,72 triliun.

Mengingat manfaat ekonomi hilirisasi dan keberadaan industri kilang migas yang cukup besar tersebut, ia meminta pemerintah untuk merumuskan dukungan kebijakan yang optimal bagi pengembangan industri kilang di Indonesia.

"Kebijakan pengembangan kilang di negara-negara lain seperti melalui pemberian insentif investasi dan perpajakan, bahkan pemerintah dari sejumlah negara tercatat berperan sebagai pelaksana langsung dalam pembangunan kilang, kiranya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi," kata Komaidi.