Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan kegiatan pemasangan cermin dan kamera Observatorium Nasional Timau di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, berlangsung paling lambat pada pertengahan tahun 2024. Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin dalam penyataan yang dikutip di Jakarta, Selasa, mengatakan jalan telah terbangun mulus dan listrik baru saja masuk ke fasilitas pengamatan benda-benda langit tersebut.

"Semula ditargetkan Februari, tetapi kemudian sudah diberi batas paling lambat pertengahan tahun 2024. Jadi pertengahan tahun ini diharapkan cermin dan kamera selesai dipasang," ujarnya.

Thomas menuturkan cermin primer dan sekunder sudah tersedia, namun belum dipasang Observatorium Nasional Timau. Adapun cermin yang saat ini sudah terpasang adalah cermin tersier ketiga.

Baca juga: BRIN buka kolaborasi global amati antariksa lewat Observatorium Timau
Menurutnya, kamera Optika dan Nirca saat ini masih berada di Jepang. Pihak Jepang ingin pemasangan kamera dan cermin dilakukan sekaligus. "Setelah pemasangan cermin dan kamera, maka enam bulan kemudian lebih ke arah commissioning," kata Thomas.

Commissioning merupakan serangkaian proses dan aktivitas untuk memastikan semua sistem, peralatan, dan komponen dalam instalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi, standar, dan persyaratan yang telah ditetapkan.

Thomas mengatakan durasi pengujian berlangsung sejak Juli sampai Desember 2024.

Terdapat dua kali proses pengujian, yaitu engineering first light untuk mengetahui secara teknis cahaya bisa diterima oleh kamera dan scientific first light untuk pengamatan objek-objek langit.

Baca juga: BRIN uji coba Observatorium Nasional Timau pada pertengahan 2024
"Pengujian ditargetkan sebelum akhir tahun ini, baik itu engineering first light maupun scientific first light sudah bisa dilakukan," kata Thomas.

Observatorium Nasional Timau merupakan observatorium untuk pengamatan antariksa yang mempunyai fasilitas utama berupa teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dan teleskop radio berbentuk parabola dengan diameter 20 meter.

Teleskop optik berdiameter 3,8 meter itu jauh lebih besar ketimbang teleskop yang saat ini dimiliki oleh Thailand berukuran 2,4 meter. Ukuran teleskop yang besar dapat mempertajam penglihatan terhadap benda-benda langit yang memiliki cahaya lebih redup.


Observatorium Nasional Timau juga memiliki dua teleskop optik berukuran kecil dengan diameter 50 sentimeter, antena Dipole Array berukuran 100 meter x 100 meter, dan magnetometer.

Baca juga: Indonesia berkontribusi besar bagi perkembangan astronomi global