Ia mengatakan produksi sebanyak 1,2 juta ton itu berasal dari perkiraan hasil panen di periode Maret-April sebanyak 840 ribu ton yang didapat dari penanaman padi di lahan seluas 140 hektare dengan produktivitas per hektare sebanyak 6 ton.
Pada periode April-Mei produksi padi diperkirakan sebanyak 450 ribu ton dari lahan pertanaman seluas 75 ribu hektare.
"Panen raya ini bisa terjadi di akhir Maret-Mei, karena memang akibat El Nino di Oktober 2023 penanaman hanya 5.000 hektare. Jadi penanaman bergeser di saat hujan di Desember, petani mulai tanam besar-besaran. Tapi di Februari memang panen masih sedikit jadi ada peningkatan harga beras di pasaran," katanya.
Baca juga: Pertamina pastikan penyaluran energi di Lampung tercukupi
Baca juga: Satgas Pasti perkuat koordinasi berantas aktivitas keuangan ilegal
Dia menjelaskan untuk masa tanam padi di wilayahnya tertinggi terjadi pada Januari 2024, dengan luas tanam mencapai 148 ribu hektare.Baca juga: Pertamina pastikan penyaluran energi di Lampung tercukupi
Baca juga: Satgas Pasti perkuat koordinasi berantas aktivitas keuangan ilegal
"Kemudian hingga 22 Februari sudah ada luas tanam seluas 48 ribu hektare dan terus bertambah, ini yang akan dipanen raya pada April-Mei mendatang," ucap dia.
Menurut dia, dengan adanya panen raya yang sebentar lagi tiba diharapkan dapat kembali menstabilkan harga beras di pasaran.
"Ketersediaan beras ini aman kalau panen, biasanya sesuai hukum ekonomi kalau ketersediaan ada maka harga turun. Perkiraan Maret-April ini harga beras bisa berangsur turun dan stabil karena lahan pertanian sudah mulai banyak yang panen," tambahnya.
Baca juga: Mendag sebut harga jagung pakan ternak mulai menurun
Baca juga: Bulog: Lampung terima tambahan 13 ribu ton beras impor
Baca juga: Mendag sebut harga jagung pakan ternak mulai menurun
Baca juga: Bulog: Lampung terima tambahan 13 ribu ton beras impor