Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia mendesak pembuat kebijakan di Amerika Serikat untuk segera menyelesaikan permasalahan batas pagu utang yang mengakibatkan terjadinya penghentian operasional (shutdown) pemerintah AS hingga kini.

"Saya mendesak pembuat kebijakan AS segera menghasilkan regulasi sebelum tenggat waktu batas kenaikan pagu utang (17 Oktober 2013)," kata Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Menurut Kim, semakin dekat dengan tenggat waktu batas kenaikan pagu utang, akan semakin besar pula dampaknya terutama kepada kondisi perekonomian negara-negara berkembang.

Presiden Bank Dunia berpendapat, kegagalan dalam menaikkan pagu utang akan menghasilkan kenaikan tingkat suku bunga, menurunnya tingkat kepercayaan, dan perlambatan ekonomi.

"Jika ini terjadi, akan menjadi malapetaka bagi negara-negara berkembang, yang pada gilirannya akan memperburuk ekonomi di negara-negara maju," tegasnya.

Sebagaimana diberitakan, kegagalan Amerika Serikat untuk menaikkan pagu utangnya bisa memiliki konsekuensi ekonomi yang keras di seluruh dunia, demikian peringatan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) Angel Gurra.

"Ini serius ... Ini bukan hanya tentang Amerika Serikat ... Anda akan memiliki dampak di mana-mana," kata Angel Gurra sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

Masalah dimulai dalam beberapa pekan terakhir ini ketika pemerintah AS melakukan penutupan sebagian kegiatannya untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, dan kemudian diikuti perdebatan pagu utang.

Pada 17 Oktober 2013 mendatang adalah batas waktu penting berikutnya karena merupakan hari terakhir Departemen Keuangan AS diperkirakan tidak memiliki cukup uang untuk membayar tagihannya, kecuali Kongres yang sedang terpecah setuju untuk menaikkan batas utang.

OECD menegaskan, kemungkinan kegagalan AS untuk menaikkan pagu utang rendah bisa mendorong banyak perekonomian dunia ke dalam resesi.

Kelompok itu mengatakan perhitungannya menunjukkan kegagalan AS untuk menaikkan pagu utang akan mendorong wilayah OECD kembali ke dalam resesi pada tahun depan, dan negara-negara berkembang akan mengalami penurunan tajam.

Suatu gagal bayar ("default") utang akan menyebabkan AS mengurangi impor dari seluruh dunia, dan keyakinan ekonomi akan terpukul tajam hampir di mana-mana, kata OECD.

Sebelumnya, berbagai pihak saat ini terus menunggu penyelesaian krisis keuangan di Amerika Serikat akibat tarik ulur antara pemerintah dan DPR AS terkait persetujuan besaran pagu utang AS.

"Kita sedang menghitung kalau batas akhir tanggal 15 tidak bisa menyelesaikan persoalan politik di dalamnya, akan `default` untuk obligasi di Amerika bisa terjadi. Kita sedang menghitung, kalau `shut down` sendiri tidak terlalu dampaknya. Tapi kalau AS sendiri dinyatakan `default`, AS banyak mengeluarkan surat utang. Nah itu perlu kita hitung dampaknya seperti apa," kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Firmanzah, Kamis (10/10).

Masalah yang berpotensi memengaruhi ekonomi secara global itu, kata Firmanzah, memang harus dihadapi secara bersama sebagai salah satu konsekuensi perekonomian global yang saling terkait.

(M040/S004)