BAKTI jelaskan perencanaan skema pendanaan SATRIA-2
8 Maret 2024 19:23 WIB
Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemenkominfo) Fadhilah Mathar di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Jumat. (ANTARA/Livia Kristianti)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemenkominfo) Fadhilah Mathar menjelaskan perencanaan skema pendanaan Satelit Republik Indonesia-2 (SATRIA-2) bakal menggunakan skema pinjaman luar negeri.
"SATRIA-2 ini kami rencananya menggunakan pinjaman luar negeri, siklus perencanaan pinjaman luar negeri. Nah tahun ini kami mengharapkan SATRIA-2 itu sudah bisa masuk ke dalam tahap green book pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri," kata Fadhilah di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Jumat.
Secara lebih detail, Fadhilah mengatakan pihaknya masih dalam tahapan diskusi bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Baca juga: Resmikan BTS 4G, Jokowi tekankan konektivitas untuk persatuan bangsa
Baca juga: SATRIA-1 bantu hadirkan akses telekomunikasi di area kahar BTS 4G
Wanita yang akrab disapa Indah itu mengatakan nantinya karena skema pinjaman luar negeri maka besar kemungkinan SATRIA-2 paling lambat pengadaannya jatuh pada 2025.
Hal itu dikarenakan tahapan pinjaman luar negeri memiliki skema yang berbeda dengan pendanaan menggunakan APBN rupiah murni.
"Sebelum ada tahapan loan agreement, kami akan melakukan request for information kepada para penyedia. Setelah loan agreement itu ditandatangani baru kami bisa melakukan penyediaan. Jadi kalau disetujui maka proses pengadaannya itu di 2025 paling telat," katanya.
Lebih lanjut, Indah mengatakan untuk nilai investasi pembangunan SATRIA-2 diperkirakan akan memakan biaya sekitar 860 juta dolar AS.
Hingga saat ini, BAKTI Kementerian Kominfo masih merencanakan bahwa SATRIA-2 akan menggunakan posisi orbit geostasioner atau dikenal juga sebagai satelit GEO seperti SATRIA-1.
Meski demikian, Indah mengatakan pihaknya juga menjelaskan dalam koordinasi antar lembaga bahwa teknologi satelit saat ini cukup fleksibel mengingat kebutuhan internet masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu.
SATRIA-2 direncanakan memiliki kapasitas 300 Gbps yang artinya kapasitasnya dua kali lebih besar dari pendahulunya yaitu SATRIA-1.
Sama seperti SATRIA-1, nantinya SATRIA-2 akan melayani fasilitas-fasilitas umum yang belum terjamah konektivitas di antaranya fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, kantor pemerintah desa, hingga kantor pertahanan dan perbatasan.
Baca juga: Menkominfo sebut BTS 4G dan SATRIA-1 "tol langit" untuk hubungkan RI
Baca juga: BAKTI Kominfo targetkan 2025 semua desa miliki konektivitas digital
"SATRIA-2 ini kami rencananya menggunakan pinjaman luar negeri, siklus perencanaan pinjaman luar negeri. Nah tahun ini kami mengharapkan SATRIA-2 itu sudah bisa masuk ke dalam tahap green book pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri," kata Fadhilah di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Jumat.
Secara lebih detail, Fadhilah mengatakan pihaknya masih dalam tahapan diskusi bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Baca juga: Resmikan BTS 4G, Jokowi tekankan konektivitas untuk persatuan bangsa
Baca juga: SATRIA-1 bantu hadirkan akses telekomunikasi di area kahar BTS 4G
Wanita yang akrab disapa Indah itu mengatakan nantinya karena skema pinjaman luar negeri maka besar kemungkinan SATRIA-2 paling lambat pengadaannya jatuh pada 2025.
Hal itu dikarenakan tahapan pinjaman luar negeri memiliki skema yang berbeda dengan pendanaan menggunakan APBN rupiah murni.
"Sebelum ada tahapan loan agreement, kami akan melakukan request for information kepada para penyedia. Setelah loan agreement itu ditandatangani baru kami bisa melakukan penyediaan. Jadi kalau disetujui maka proses pengadaannya itu di 2025 paling telat," katanya.
Lebih lanjut, Indah mengatakan untuk nilai investasi pembangunan SATRIA-2 diperkirakan akan memakan biaya sekitar 860 juta dolar AS.
Hingga saat ini, BAKTI Kementerian Kominfo masih merencanakan bahwa SATRIA-2 akan menggunakan posisi orbit geostasioner atau dikenal juga sebagai satelit GEO seperti SATRIA-1.
Meski demikian, Indah mengatakan pihaknya juga menjelaskan dalam koordinasi antar lembaga bahwa teknologi satelit saat ini cukup fleksibel mengingat kebutuhan internet masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu.
SATRIA-2 direncanakan memiliki kapasitas 300 Gbps yang artinya kapasitasnya dua kali lebih besar dari pendahulunya yaitu SATRIA-1.
Sama seperti SATRIA-1, nantinya SATRIA-2 akan melayani fasilitas-fasilitas umum yang belum terjamah konektivitas di antaranya fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, kantor pemerintah desa, hingga kantor pertahanan dan perbatasan.
Baca juga: Menkominfo sebut BTS 4G dan SATRIA-1 "tol langit" untuk hubungkan RI
Baca juga: BAKTI Kominfo targetkan 2025 semua desa miliki konektivitas digital
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: