Kuala Lumpur (ANTARA) - Negara-negara berkembang, termasuk Malaysia, akan mendapatkan keuntungan jika memanfaatkan area-area ceruk (niche) dalam kemajuan teknologi China di industri teknologi tinggi, demikian disampaikan seorang pakar asal Malaysia.

China telah meraup keuntungan besar dalam beberapa bidang baru yang sedang berkembang, terutama kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), kendaraan listrik, teknologi keuangan (fintech), kereta cepat, dan sejumlah sektor teknologi tinggi lainnya, menciptakan permintaan untuk komoditas dan produk jadi yang dihasilkan oleh Malaysia, ujar Shankaran Nambiar, research fellow senior di Institut Penelitian Ekonomi Malaysia, kepada Xinhua dalam sesi wawancara belum lama ini.

Nambiar menuturkan bahwa sebagai mitra dagang terbesar Malaysia sejak 2009, China akan menjadi pendorong ekonomi utama di kawasan.

Malaysia harus menghindari keterlibatan dalam konfrontasi blok sembari memanfaatkan peluang untuk menarik investasi dan menjalin kerja sama teknologi, imbuh pakar tersebut.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN-Australia 2024 yang digelar di Melbourne, Australia, baru-baru ini, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyampaikan bahwa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tidak boleh menghalangi Malaysia menjalin hubungan baik dengan China.

China telah mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar bagi Malaysia selama 15 tahun berturut-turut dan menjadi sumber investasi utama Malaysia selama bertahun-tahun.

Permintaan pasar dari China akan menjadi kekuatan penting dalam mendorong pertumbuhan ekspor Malaysia pada 2024, demikian dilansir dari laporan Kenanga Research belum lama ini.