Banyumas (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan bahwa masih tingginya harga daging sapi menjelang Hari Raya Haji 2013 akibat pemotongan hewan kurban yang tertahan.

"Kenapa harga daging menjelang Idul Adha masih tinggi karena orang tidak melepas sapinya, dia berpikiran ini (sapi, red.) disiapkan untuk Idul Adha. Jadi, ini sebenarnya pemotongan yang tertahan karena ada hari raya Idul Adha, kurban itu," katanya di Banyumas, Jateng, Sabtu.

Dengan demikian, kata dia, seharusnya harga daging sapi saat Iduladha tidak akan naik. Bahkan, seharusnya berkurang karena masyarakat mengonsumsi daging kurban.

"Saat Iduladha, jarang orang beli daging di pasar tradisional karena semua dapat (daging kurban, red.)," katanya.

Lebih lanjut, Wamentan meminta peternak sapi untuk tidak memotong sapi betina produktif agar regenerasinya terjamin.

Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah telah membuat program berupa pemberian insentif kepada peternak sebesar Rp500 ribu agar sapi betina produktifnya tidak dipotong.

"Kalau telah mendapat insentif tetapi tetap memotong sapi betina produktifnya, mereka akan terkena pidana," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan bahwa insentif untuk sapi betina produktif atau bunting tersebut disalurkan melalui kelompok tani ternak.

"Dananya ada di provinsi, kemudian provinsi melakukan seleksi terhadap calon penerima. Setelah diseleksi, kelompok yang memenuhi persyaratan akan menerima dana itu langsung melalui rekening kelompoknya," kata dia.

Menurut dia, pemberian insentif tersebut berdampak signifikan sehingga terjadi penurunan pemotongan terhadap sapi betina produktif. Bahkan, hingga saat ini Jawa Timur merupakan satu-satunya provinsi yang telah mengeluarkan peraturan daerah yang melarang pemotongan terhadap sapi betina produktif.

Ia mengharapkan provinsi lainnya bisa mencontoh Jawa Timur sehingga regenerasi sapi bisa tetap terjaga, terutama di daerah-daerah sentra sapi.
(KR-SMT/D007)