Jakarta (ANTARA News) - Buka Dikit Joss seolah menyambut senja di pelataran Museum Fatahillah Jakarta Barat.
Gerobak dengan genset dan sound system 1.000 Watt membuat lagu yang dipopulerkan Juwita Bahar itu kencang terdengar.
Tujuh boneka menari mengikuti irama dangdut tersebut. Mereka digantungkan pada tuas-tuas kayu.
Satu pria berambut putih sebahu menggerakkan tuas-tuas yang terhubung ke boneka sehingga membuat mainan itu dapat bergerak.
Tujuh boneka tali tersebut seolah-olah melakukan pertunjukan musik lengkap dengan kostum dan aksesoris mainan seperti gitar, bass dan drum.Gerobak dengan genset dan sound system 1.000 Watt membuat lagu yang dipopulerkan Juwita Bahar itu kencang terdengar.
Tujuh boneka menari mengikuti irama dangdut tersebut. Mereka digantungkan pada tuas-tuas kayu.
Satu pria berambut putih sebahu menggerakkan tuas-tuas yang terhubung ke boneka sehingga membuat mainan itu dapat bergerak.
"Ide sendiri, dirakit sendiri, belajar sendiri, waktu itu modalnya enam juta setengah," Kata pria tersebut, Muchtar (59).
Muchtar juga mengikuti tren musik dan tarian yang sedang populer dalam melakukan pertunjukan boneka talinya.
Ia mengatakan, setahun lalu bonekanya dimainkan dengan irama lagu dan tarian Gangnam Style, saat ini dia menggunakan Joged Cesar karena itu masih populer.
Uniknya untuk mempelajari gerakan joged tersebut, bapak enam anak ini belajar dari youtube.
"Kadang saya lihat dari televisi apa yang lagi populer, terus saya liat dari youtube buat dipelajari," jelas Muchtar.
Pak Muchtar juga merasa bangga ketika pertunjukan boneka talinya sudah berada di situs youtube. Beberapa kali Ia mengatakan "coba deh liat saya di youtube."
Bapak asal Padang, Sumatera Barat, yang bertempat tinggal di Klender ini mengaku dalam sehari dapat mengantongi 75 sampai 100 ribu rupiah dan dua ratus ribu di akhir pekan hasil dari pemberian sukarela para penonton pertunjukannya.
Biasanya Pak Muchtar membuka pertunjukan boneka tali pada pukul 3 sore di sudut yang menghadap Museum Fatahilah.
Tidak sulit untuk dicari karena hanya gerobak milik Pak Mochtar yang memutar musik dan dikerumuni pengunjung, terutama anak-anak kecil.
Pria yang sudah menekuni boneka tari selama 15 bulan ini mengatakan terkadang ia rindu dengan profesi sebelumnya sebagai pengamen bis kota yang menggunakan keyboard.
"Tapi tidak tiap hari, kadang saya rindu ngamen di bis kota, keyboardnya juga masih ada," kata Muchtar. "pengen main keyboard buat iringi boneka ini, tapi tangan saya kan hanya dua."