AS desak IMF nilai kurs mata uang
12 Oktober 2013 08:23 WIB
Dolar Amerika Menguat Petugas menata mata uang dolar di penukaran valuta asing Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (11/7). Nilai mata uang dolar Amerika terhadap rupiah kembali menguat, diperdagangkan pada posisi Rp9.995 - Rp9.970 per dolar AS, hal tersebut dipicu sentimen negatif juga datang dari lembaga dana moneter internasional (IMF) yang merevisi turun proyeksi ekonomi dunia dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen untuk tahun 2013. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat mendesak Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat untuk menilai nilai tukar (kurs) dan intervensi pemerintah di pasar valuta, menunjuk ke kontrol China terhadap yuan.
Menteri Keuangan AS Jack Lew mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada dewan pengarah IMF, Komite Moneter dan Keuangan International, bahwa pertumbuhan dunia masih tertahan oleh ekspansi permintaan domestik yang tak mencukupi di negara-negara yang berjalan dengan surplus perdagangan dan modal kuat, lapor AFP.
"Tidaklah cukup untuk pertumbuhan permintaan domestik meningkat di negara-negara surplus. Sebaliknya, pertumbuhan permintaan domestik harus melebihi pertumbuhan PDB," katanya.
Lew mengatakan salah satu masalah yang berkaitan dalam meningkatkan konsumsi domestik di negara-negara surplus -- terutama salah satunya China -- adalah bergerak menuju nilai tukar yang ditentukan pasar.
Dia mengatakan "prioritas utama" dari IMF harus menilai kemajuan anggota kelompok ekonomi utama G20 ke arah komitmen mereka untuk nilai tukar yang ditentukan pasar.
Bahwa prioritas "harus mencakup penilaian dari nilai tukar dan intervensi," katanya.
"Kami mendorong semua anggota IMF untuk bersikap transparan dengan mematuhi komposisi intervensi dan cadangan valuta asing."
China secara khusus, katanya, perlu "upaya lebih lanjut" untuk beralih ke pertumbuhan konsumsi domestik yang lebih tinggi dan mengurangi ketergantungan pada pertumbuhan yang dipicu ekspor.
Itu termasuk, kata dia, "bergerak lebih cepat menuju sebuah nilai tukar yang ditentukan pasar."
"Efisiensi penurunan kredit dan investasi menunjukkan bahwa China perlu beralih ke model pertumbuhan baru. Kemajuan lebih lanjut dalam menyeimbangkan pertumbuhan terhadap konsumsi bisa membantu mengurangi penumpukan risiko terhadap sektor keuangan."
Penerjemah: Apep Suhendar
Menteri Keuangan AS Jack Lew mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada dewan pengarah IMF, Komite Moneter dan Keuangan International, bahwa pertumbuhan dunia masih tertahan oleh ekspansi permintaan domestik yang tak mencukupi di negara-negara yang berjalan dengan surplus perdagangan dan modal kuat, lapor AFP.
"Tidaklah cukup untuk pertumbuhan permintaan domestik meningkat di negara-negara surplus. Sebaliknya, pertumbuhan permintaan domestik harus melebihi pertumbuhan PDB," katanya.
Lew mengatakan salah satu masalah yang berkaitan dalam meningkatkan konsumsi domestik di negara-negara surplus -- terutama salah satunya China -- adalah bergerak menuju nilai tukar yang ditentukan pasar.
Dia mengatakan "prioritas utama" dari IMF harus menilai kemajuan anggota kelompok ekonomi utama G20 ke arah komitmen mereka untuk nilai tukar yang ditentukan pasar.
Bahwa prioritas "harus mencakup penilaian dari nilai tukar dan intervensi," katanya.
"Kami mendorong semua anggota IMF untuk bersikap transparan dengan mematuhi komposisi intervensi dan cadangan valuta asing."
China secara khusus, katanya, perlu "upaya lebih lanjut" untuk beralih ke pertumbuhan konsumsi domestik yang lebih tinggi dan mengurangi ketergantungan pada pertumbuhan yang dipicu ekspor.
Itu termasuk, kata dia, "bergerak lebih cepat menuju sebuah nilai tukar yang ditentukan pasar."
"Efisiensi penurunan kredit dan investasi menunjukkan bahwa China perlu beralih ke model pertumbuhan baru. Kemajuan lebih lanjut dalam menyeimbangkan pertumbuhan terhadap konsumsi bisa membantu mengurangi penumpukan risiko terhadap sektor keuangan."
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: