Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko alias Teddy di Jakarta, Kamis, menjelaskan laba bersih ditopang oleh pendapatan yang senilai Rp8,59 triliun selama 2023, atau tumbuh 11,2 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan, bisnis penyewaan menara atau tower leasing menjadi penyumbang terbesar senilai Rp7,14 triliun, atau tumbuh 12,0 persen (yoy), sedangkan, pendapatan dari segmen fiber optic menghasilkan pemasukan Rp207 miliar.
"Mitratel menjaga efektifitas operasional dengan mencatatkan beban operasional Rp4,96 triliun selama 2023, atau tumbuh 8,3 persen (yoy)," ujar Teddy.
Perseroan tercatat mencatatkan EBITDA senilai Rp6,92 triliun, atau melonjak 12,7 persen, dengan margin EBITDA semakin baik dari 79,5 persen pada 2022 menjadi 80,5 persen pada 2023.
Pada 2023, Mitratel telah menambah 2.596 menara, sehingga saat ini memiliki 38.014 menara, dengan membangun menara baru (organik) dan mengakuisisi hampir 2.000 menara.
Mitratel juga dipercaya sebagai salah satu mitra utama dalam pengembangan portofolio fiber untuk memenuhi kebutuhan operator seluler akan jaringan berlatensi rendah seiring dengan perkembangan teknologi 5G.
Hal itu tercermin dari pencapaian Mitratel dalam menambah jangkauan fiber optic sepanjang 15.880 KM selama tahun 2023. Dengan tambahan ini, total panjang fiber optic milik Mitratel mencapai 32.521 KM pada akhir tahun 2023 atau tumbuh 95,4 persen (yoy).
Di tengah tren konsolidasi, Mitratel mencatatkan kenaikan jumlah kolokasi dari 16.588 menjadi 19.395 tenant, atau meningkat 16,9 persen.
Sehingga, jumlah tenant juga bertumbuh 10,4 persen dari 52.006 menjadi 57.409 tenant. Peningkatan ini berdampak pada tenancy ratio dari 1,47x menjadi 1,51x.
“Kontribusi bisnis di luar Jawa tercermin pada pertumbuhan tenant sebesar 12 persen, atau lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang pertumbuhannya sebesar 9 persen,” ujar Teddy.
Baca juga: Mitratel angkat dua komisaris baru
Baca juga: Mitratel akan bagikan dividen 99 persen laba bersih tahun buku 2022