Bey minta pertemuan TPID hasilkan skema antisipasi inflasi Ramadhan
6 Maret 2024 16:02 WIB
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin memberikan pengarahan dalam pertemuan tingkat tinggi (high level meeting/HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Hotel Hilton, Bandung, Rabu (6/3/2024). ANTARA/Ricky Prayoga
Bandung (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meminta pertemuan tingkat tinggi (high level meeting/HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menyiapkan skema untuk mengantisipasi lonjakan inflasi jelang dan saat Ramadhan dan Idul Fitri.
Pertemuan bertajuk "Sinergi dan Kolaborasi Pengendalian Inflasi Menghadapi HKBN Ramadhan dan Idul Fitri serta Perluasan Digitalisasi" diharapkan memberikan solusi untuk menekan inflasi, mengingat inflasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan investasi ini, biasanya kerap naik menjelang Ramadhan.
"Terlebih inflasi Februari 2024 di Jabar berada di angka 3,09 persen yang lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya sebesar 2,75 persen. Saya meminta kepada TPID, untuk memahami secara baik faktor-faktor yang memengaruhi tingginya inflasi di Jawa Barat dibandingkan nasional," kata Bey dalam pertemuan itu di Bandung, Rabu.
Momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), baik Ramadhan maupun Idul fitri, adalah momen yang selalu berulang setiap tahunnya, karenanya harus bisa diantisipasi secara baik.
"Jika kita hanya mengandalkan data historis tanpa ada reaksi yang antisipatif, kita hanya mencari alasan untuk pembenaran," ujar Bey.
Apalagi ucap dia, Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yang mencapai 49,9 juta jiwa menjadi pondasi vital stabilitas inflasi nasional.
"Saya ingin menegaskan, bahwa setiap aksi yang akan dilakukan harus memikirkan pendekatan penyelesaian masalah secara holistik dan terpadu," ucapnya.
Dalam pertemuan itu, selain dihadiri oleh Pj Gubernur Jabar, hadir juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur, perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, perwakilan Bulog Jabar, perwakilan BMKG, dan perwakilan Polda Jabar.
Baca juga: Bey: Jabar mulai usulkan reaktivasi jalur KA Ciwidey dan Pangandaran
Baca juga: Bey minta pengelolaan hibah tahun 2024 dijalankan efektif dan efisien
Pertemuan bertajuk "Sinergi dan Kolaborasi Pengendalian Inflasi Menghadapi HKBN Ramadhan dan Idul Fitri serta Perluasan Digitalisasi" diharapkan memberikan solusi untuk menekan inflasi, mengingat inflasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan investasi ini, biasanya kerap naik menjelang Ramadhan.
"Terlebih inflasi Februari 2024 di Jabar berada di angka 3,09 persen yang lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya sebesar 2,75 persen. Saya meminta kepada TPID, untuk memahami secara baik faktor-faktor yang memengaruhi tingginya inflasi di Jawa Barat dibandingkan nasional," kata Bey dalam pertemuan itu di Bandung, Rabu.
Momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), baik Ramadhan maupun Idul fitri, adalah momen yang selalu berulang setiap tahunnya, karenanya harus bisa diantisipasi secara baik.
"Jika kita hanya mengandalkan data historis tanpa ada reaksi yang antisipatif, kita hanya mencari alasan untuk pembenaran," ujar Bey.
Apalagi ucap dia, Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yang mencapai 49,9 juta jiwa menjadi pondasi vital stabilitas inflasi nasional.
"Saya ingin menegaskan, bahwa setiap aksi yang akan dilakukan harus memikirkan pendekatan penyelesaian masalah secara holistik dan terpadu," ucapnya.
Dalam pertemuan itu, selain dihadiri oleh Pj Gubernur Jabar, hadir juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur, perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, perwakilan Bulog Jabar, perwakilan BMKG, dan perwakilan Polda Jabar.
Baca juga: Bey: Jabar mulai usulkan reaktivasi jalur KA Ciwidey dan Pangandaran
Baca juga: Bey minta pengelolaan hibah tahun 2024 dijalankan efektif dan efisien
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: